Jakarta - Tak sedikit warga di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, mencari nafkah dengan menjadi nelayan rumput laut. Seperti apa potret aktivitas para nelayan rumput laut?
Foto Bisnis
Melihat Aktivitas Nelayan Rumput Laut di Pulau Panggang

Seorang warga tengah memilah rumput laut untuk dijemur di kawasan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Rumput laut jadi salah satu komoditi andalan dari Pulau Panggang. Pasalnya tak sedikit warga di pulau itu yang menggantungkan hidup dengan menjadi nelayan rumput laut.
Bisnis rumput laut sesungguhnya bukan sesuatu hal yang baru di Pulau Panggang, Kepualauan Seribu. Bisnis ini telah bergeliat di kawasan itu sejak 20 tahun lalu.
Namun geliat bisnis rumput laut tak selalu mulus. Bisnis ini sempat meredup di sekitar tahun 2000-an. Kondisi air laut yang kotor di sekitar pulau tersebut menjadi salah satu alasannya.
Meski sempat meredup, upaya untuk mengangkat kembali bisnis rumput laut di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang, terus dilakukan.
Rumput laut yang berhasil dikumpulkan oleh para nelayan itu dijual dengan harga Rp. 500; untuk rumput laut basah dan Rp. 5.000; per kilogram untuk rumput laut kering.
Penghasilan itu pun hanya cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari warga yang rata-rata mata pencahariannya adalah nelayan.
Rumput laut tersebut bisa panen dalam waktu dua bulan sekali.
Saat panen nelayan dapat mengambil hingga 1 ton rumput laut.
Saat ini nelayan mengeluhkan masih kurangnya permintaan pembelian rumput laut.
Kondisi itu membuat nelayan rumput laut tidak bisa menghasilkan untung yang banyak dari budidaya tersebut