Jakarta - Kopra sampai saat ini masih menjadi mata pencaharian sebagian penduduk Miangas. Namun, ironi dibaliknya sangatlah miris.
Tapal Batas
Ironi Petani Kopra di Miangas

Selain sektor perikanan, warga di Pulau paling utara Indonesia ini juga memproduksi minyak kelapa berupa kopra.
Berbatasan dengan Samudera Pasifik ombak yang menerjang pulau ini sangat ganas. Terlebih jika memasuki musim angin muson barat di akhir September, maka angin yang menampar pulau ini akan jauh lebih kencang. Sebagian nelayan langsung banting setir ke perkebunan untuk mengolah kopra.
Para petani seolah tidak memiliki pilihan lain mengolah daging kelapa menjadi kopra yang diolah menjadi minyak goreng kelapa.
Namun, ironi dibalik itu semua sangatlah miris didengar.
Siklus kopra dengan petani tidak sanggup mengubah kehidupan dan kesejahteraan petani di Miangas.
Kopra di Miangas saat ini dijual seharga Rp 2.500/kg, maka margin dari kopra per kg hanya sekitar Rp 100-200/kg, jika 1 kg kopra diperoleh dari 5 sampai 6 butir kelapa dengan harga Rp 2.000-2.500/kg.
Dapat dibayangkan, dengan proses pengolahan kopra mulai dari membuka kelapa, mecungkil, mengeringkan, mereka hanya mendapatkan margin sekitar kurang lebih Rp 200.