Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi

Picture Story

Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi

Grandyos Zafna - detikFinance
Rabu, 23 Des 2020 18:30 WIB

Timor Tengah Selatan - Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Anonsiatus Marianus Riwu (23) membuktikan bahwa bertani di kawasan dengan akses sumber air yang terbatas bukan hal yang tidak mungkin.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Sempat berkuliah di Kupang selama tiga semester namun kemudian berhenti karena keterbatasa dana, Anonsiatus bersama kakak-kakanya kini mendirikan dan mengelola Frontera Garden.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Soal Frontera Garden, Anonsiatus menyebut nama tersebut memiliki arti kebun perbatasan.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Di kebun ini, ia menanam berbagai komoditas mulai dari tomat, cabai, melon, hingga pare.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Sebelum mulai membuat Frontera Garden, Anonsiatus dan ayahnya sempat bertani jagung dan singkong. Namun, mereka mengalami kesulitan dalam pemasarannya. Ditambah kedua komoditas tersebut memakan waktu panen yang lama.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Awal mula bertani holtikultura, Anonsiatus bercerita dirinya hampir sempat gagal panen. Pasalnya, bertani di Malaka disebut sebagai 'kerja gila' karena sumber mata air yang sulit. Untuk menyiram lahannya, ia perlu mengangkut air dengan tangki, yang tentunya merogoh kocek.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Di saat itulah ia akhirnya memutuskan untuk melakukan pinjaman KUR Super Mikro sebesar Rp 10 juta di BRI Unit Kobalima. Mengingat saat itu usaha pertaniannya sangat membutuhkan dana. Ia mengatakan jika tak ada bantuan BRI, mungkin saat ini usaha pertaniannya sudah gagal.

Air bersih jadi persoalan tersendiri bagi warga di Malaka, NTT. Namun, anak muda ini membuktikan bahwa ia tetap bisa bertani meski di tengah keterbatasan.

Kini, Anonsiatus sudah berhasil untuk memanen tomat hingga panen keempat, bahkan dirinya sudah bisa balik modal. Sejak panen tomat pertama pada 12 November hingga panen keempat di 2 Desember 2020, dirinya sudah mendapatkan Rp 40 juta. Namun, angka tersebut sebenarnya masih jauh dari target yang ingin dicapai. detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com!

Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Kisah Anak Muda di Perbatasan RI, Sukses Bertani Saat Pandemi
Hide Ads