Demak - Demak yang dijuluki Kota Wali ini memiliki budaya islam yang kental. Tak heran pengaruh Islam bisa dilihat di segala aspek, salah satunya kerajinan rebana.
Foto Bisnis
Menilik Rebana Khas Demak Sebagai Alat Syiar Sunan Kalijaga

Sejumlah perajin membuat kerajinan rebana di Haji Zaeni kawasan Bonang, Demak, Jawa Tengah, Kamis (4/3). Demak yang dijuluki Kota Wali ini memiliki budaya islam yang kental, apalagi salah satu kerajaan Islam di Indonesia pernah ada di Kabupaten ini. Tak heran pengaruh Islam bisa dilihat di segala aspek, salah satunya kerajinan rebana.
Rebana digunakan oleh Raden Said atau yang dikenal dengan nama Sunan Kalijaga dalam menyiarkan agama Islam di tanah Jawa beratus-ratus tahun yang lalu. Plh Unit Pelaksana Teknik Daerah Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak Ahmad Widodo mengatakan Sunan Kalijaga selain dikenal sebagai ahli tata politik hingga strategi perang, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai seorang seniman.
Sunan Kalijaga dalam dakwahnya, mempergunakan wayang. Bahkan, salah satu cerita wayang Dewa Ruci mengisahkan tentang Sunan Kalijaga yang naik haji.
Perlahan, kehadiran rebana semakin kokoh di masyarakat Demak hingga banyak muncul para perajin rebana. Tujuannya adalah untuk melestarikan alat musik yang diturunkan oleh Sunan Kalijaga dalam menyiarkan agama Islam kala itu.
Dari beberapa perajin rebana yang ada di Demak, salah satunya adalah Ahmad Afif (31) yang menggeluti usaha turun temurun milik keluarganya. Menurut Afif, rebana telah menjadi ikon Demak sejak dulu hingga saat ini.
Ia pun mengatakan dahulu rebana hanya bisa dipakai kalangan seniman bukan untuk orang awam dan yang memainkannya hanya orang-orang tertentu saja untuk menyebarkan agama Islam, dan salah satunya lewat rebana.
Ia pun kini tengah melanjuti usaha turun temurun yang diturunkan dari mbah buyut. Keluarganya pun menjadikannya sebagai kerajinan tangan di tahun 1970 dan memakai merek ayahnya yaitu H. Zaeni sejak tahun 1993.
Soal distribusi, rebana yang dihasilkan oleh keluarga Afif patut diacungi jempol. Sebab, rebana atau terbang yang ia buat sudah menyambangi pasar Korea Selatan dan Hong Kong. Ia juga sering mengirim rebananya ke negara tetangga.
Memang pesanan yang diterima Afif untuk pasar luar negeri tidak sesering biasanya. Setidaknya beberapa bulan sekali dirinya bisa menjual beberapa produknya ke Negeri Jiran. Sebab, rebana sudah menjadi alat musik yang didendangkan di beberapa negara tetangga. Seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Timur Tengah.
Rebana yang dipatok dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 1.500.000 tersebut juga pernah dipesan oleh Dinas Pendidikan di Ngawi dan menjadi pemesanan terbanyak yang pernah ia kerjakan. Kala itu di tahun 2017, Afif bersama karyawannya harus mengerjakan 800 buah rebana yang akan disuplai ke sekolah yang ada di Ngawi. Dalam menggeluti usahanya, Afif juga menggunakan bantuan modal dari BRI untuk membeli kayu besar dan beli tanah untuk mengembangkan usahanya. Ia pun mengalami peningkatan produksi dari yang tadinya menghasilkan 4 buah rebana saja dan kini sudah bisa 8 kali lipat.