Lampung - Pandemi membuat usaha pembuatan emping melinjo sempat terpukul. Namun usaha pembuatan emping di Lampung Tengah ini mampu bertahan dari jerat pandemi.
Foto Bisnis
Perajin Emping di Lampung Ini Mencoba Bertahan dari Jerat Pandemi

Pemilik Usaha Emping Melinjo dari Klaster Emping Melinjo Mitra Agam, Suwarti mengungkapkan usaha miliknya mulai dirintis sejak 1997 silam.
Meski sempat kesulitan, usaha pembuatan emping melinjo ini mampu bertahan dari jerat pandemi dan memberdayakan ibu-ibu sekitar.
Dimulai dari skala kecil, kini usaha yang berlokasi di Desa Nambah Dadi, Terbanggi Besar, Bandar Jaya, Lampung Tengah ini mempekerjakan ibu-ibu sekitar sebagai buruh produksi harian.
Suwarti mengatakan dalam sehari usaha miliknya bisa memproduksi kurang lebih 100 kg melinjo untuk dijadikan emping.
Biasanya, jumlah melinjo yang diproduksi akan bergantung pada jumlah pekerja yang datang.
Satu orang pekerja bisa mengerjakan 10 kg melinjo per harinya.
Untuk setiap 1 kg melinjo, akan dihasilkan 1/2 kg emping jika hasil produksi sedang bagus.
Saat ini, bisnis produksi emping Suwarti bisa meraih omzet hingga Rp 45 juta per bulannya dengan harga jual emping yang kini berada di kisaran Rp 30.000/kg.
Melalui Klaster Emping Melinjo, Suwarti pun mengajak ibu-ibu di desanya untuk memiliki penghasilan dari kesibukan sederhana ini. Ia mengaku, kesempatan bekerja memproduksi emping tak terbatas pada ibu-ibu saja, sebab anak muda juga bisa ikut untuk bekerja di sini.
Diketahui, Suwarti juga mengambil pinjaman KUR dari BRI untuk dapat menyokong usaha emping melinjo agar tetap terus bertahan di tengah pandemi. Adapun pinjaman ini menjadi modal bagi usaha miliknya untuk terus beroperasi dan memproduksi emping, serta menopang perekonomian ibu-ibu sekitar.