Sri Lanka - Warga beraktivitas dengan lesu dan muram. Antre BBM dan penggunaan kayu bakar menjadi pemandangan sehari-hari di Kolombo, Sri Lanka pascabangkrut.
Foto Bisnis
Potret Terkini Sri Lanka Setelah Dinyatakan Bangkrut
Seorang wanita memasak menggunakan perapian kayu bakar di depan restoran pinggir jalan di Kolombo, Sri Lanka, Jumat, (24/6/2022). Warga Sri Lanka telah mengalami kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan lainnya selama berbulan-bulan karena cadangan devisa negara yang semakin menipis.

Warga Sri Lanka telah mengalami kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan lainnya selama berbulan-bulan karena cadangan devisa negara yang semakin menipis.
Sri Lanka sedang mengalami krisis ekonomi terburuk sejak merdeka dari Inggris pada 1948. Negara di Asia Selatan itu gagal membayar utang luar negerinya sehingga dikatakan bangkrut.
Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri sebesar US$ 51 miliar atau Rp 729 triliun (kurs Rp 14.300).
Kekurangan makanan, bahan bakar minyak (BBM), serta pemadaman listrik berkepanjangan membawa penderitaan kepada 22 juta orang di negara itu.
Salah satu kewajiban Sri Lanka membayar utang adalah ke China. Dilansir dari Times of India, total pinjamannya ke Beijing mencapai US$ 8 miliar atau setara Rp 114,400 triliun yang dikucurkan melalui skema Belt and Road Initiative (BRI), sekitar seperenam dari total utang luar negerinya.
Pemerintah Sri Lanka meminjam utang ke China untuk sejumlah proyek infrastruktur sejak 2005 seperti pembangunan jalan raya, bandara, pembangkit listrik tenaga batu bara, hingga salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota. Sayangnya sebagian proyek malah dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu.
Orang-orang menunggu saat pengunjuk rasa menuntut blokade lalu lintas bahan bakar di dekat stasiun bahan bakar di Kolombo, Sri Lanka.