Pantura, Hidup Segan Mati Pun Enggan

Perekonomian di Jalur Pantai Utara (Pantura) tepatnya sepanjang Cikampek-Cirebon telah redup kejayaannya. Padahal, jalan panjang yang menghubungkan daerah-daerah di utara pulau Jawa ini sempat jadi primadona.

Dahulu Pantura menjadi jalan utama transportasi penghubung di utara Pulau Jawa. Mulai dari kendaraan barang, bus penumpang ataupun kendaraan pribadi.

Namun, kini Pantura bak kota mati. Warganya yang dulu bergantung mencari rejeki di jalan itu pun kini banyak yang beralih profesi.

Kejayaannya kian redup semenjak hadirnya jaringan tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta hingga Surabaya. Jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalur itu menurun drastis. Beberapa kawasan di Pantura pun perlahan menjelma jadi kota mati.

Bangunan bekas restoran kosong ini dulunya digunakan sebagai Rumah Makan Rosalia Indah. Dulu, resto ini sangat ramai dan tak pernah sepi. Namun, kini semuanya berbeda ketika ada jalan tol Cikampek-Palimanan (Cipali) yang menghubungkan Tol Trans Jawa. Rumah makan itu kini ditutup dan pindah ke dalam rest area di yang ada di jalan tol.

Di sekitar Camiang dan Patokbeusi ini juga tim detikcom pertama kali menemukan adanya restoran yang tutup. Bahkan, saat ini bangunan bekas restoran itu ditinggalkan begitu saja dan tidak terawat.

Bagian dalam restoran itu pun terlihat sangat kumuh dan sumpek. Kini di dalamnya berisi Burung walet yang memenuhi seisi ruangan.

Di depannya ada sebuah spanduk yang ditempelkan di pintu masuk dengan tulisan 'Dijual Tanah/Bangunan' ini lengkap dengan nomor telepon yang bisa dihubungi. Dari bentuknya, poster itu nampak belum lama dipasang.

Tak hanya restoran dan hotel saja yang tutup. Tempat hiburan malam yang biasa ramai berjejer dan menjadi ikon Jalur Pantura itu pun kena imbasnya. Salah satunya adalah Nella Karaoke.

Walau sepi pengunjung, salah satu warung Mie dan Karaoke milik Pak Herman ini masih tetap bertahan dan berjualan hingga kini walau pengunjungnya tak se-ramai dulu.

Untuk menutupi penghasilan, Istri Herman berjualan makanan dan minuman, dan berharap Jalur Pantura akan kembali ramai seperti dulu kala.

Herman sang pemilik Mie Karaoke mengatakan sudah banyak warung karaoke yang serupa terpaksa tutup imbas Jalur Pantura yang semakin sepi. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang mengalami pandemi sehingga membuat keadaannya kini semakin sulit.

Ini adalah Rizal. Dulu ia bekerja di Nella Karaoke (bangunan yang ada di belakangnya) dan penghasilannya dalam semalam bisa mencapai Rp 500 ribu. Tempatnya ia bekerja terpaksa tutup karena imbas dibukanya jalan Tol Trans Jawa. Lelaki paruh baya ini pun kini alih profesi menjadi peternak ayam.

Salah satu SPBU di Cikampek ini juga terlihat sangat tidak terawat. SPBU ini tutup karena tidak diperpanjnag izinnya dan diperparah lagi dengan sepinya angkutan di jalur Pantai Utara Jawa itu.

Salah satu hotel di Kawasan Indramayu ini juga tutup sejak 2019 dan menunggu investor yang masih mau menginvestasikan serta merehab-nya agar bisa hidup kembali.

Jejak nomor kendaraan tamu hotel tahun 2019 saat ini masih tercatat dan terlihat cukup jelas. Dengan adanya tol Trans Jawa, bus yang biasa melintas kini beralih ke jalan tol Cipali. Istirahat dan makan siang pun dilakukan di rest area yang ada di dalam jalan tol tersebut.

Sebuah restoran yang ada di dalamnya pun terpaksa harus ikut gulung tikar. SPBU ini berada di kawasan Mundusari, Subang, Jawa Barat. Seorang supervisor di SPBU tersebut mengaku rumah makan yang dulunya dikelola oleh pihaknya, kini semakin sepi dan terpaksa harus ditutup.

Sebuah bengkel mobil Tiga Putra Motor yang berada dikawasan Lohbener, Indramayu dan terbilang cukup besar juga harus gigit jari. Perekonomian dijalur Pantura ini tampak sudah kembang kempis, dulunya ramai kini sepi.

Potret Mas Apen, pemilik bengkel Tiga Putra Motor. Ia juga mengakui banyak sekali suku cadang dan onderdil yang tak laku-laku. Kalau dilihat dari etalase bengkelnya, banyak sekali suku cadang bertumpuk bahkan sampai berdebu.

Ini adalah sepenggal sisa-sisa kejayaan di masa lalu. Tak bisa dipungkiri, imbas dibukanya Tol Trans Jawa, membuat kawasan Pantura bak kota mati, geliat perekonomian disana kini mulai redup. Bahkan, seperti kata pepatah, hidup segan mati pun enggan.