Jakarta - Maraknya bisnis kopi kekinian, membuat bangunan lawas hingga pecinan kembali berfungsi menjadi lahan bisnis kedai kopi yang asyik dan menarik. Inilah contohnya.
Picture Story
Harumnya Bisnis Kopi dari Gedung Tua-Pecinan Tionghoa

Toko Kopi Maru menempati gedung tua di ujung gang, belakang deretan ruko di Jl Pintu Air, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Kedai kopi itu menyebut rumah bergaya art deco yang ditempatinya sudah berusia 80 tahun. Wow...
Salah satu halaman depan yang menyambung ke samping dibiarkan orisinil dengan mengadaptasi eksterior seperlunya. Tidak menawarkan kemewahan melainkan kisah panjang yang melingkupinya menjadi daya tarik tersendiri. Lokasinya sendiri itu benar-benar hidden gem.
Pengakuan dan catatan itu juga selaras dengan perkembangan arsitektur art deco yang memang populer pada 1920 hingga 1939, atau sekitar antara Perang Dunia I hingga Perang Dunia II.
Bangunan tua yang berkelir putih itu dibiarkan tampak seperti apa adanya dan bergaya art deco. Sebagian dindingnya juga dibiarkan berlumut lengkap dengan pohon mangga di sisi kanan belakang yang juga berfungsi sebagai pelindung dikala matahari terik menyengat.
Rumah bergaya kolonial di kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang ini kini beralih fungsi menjadi kedai kopi. Pagar dan atap yang tinggi memberi pernyataan lugas bahwa gedung ini menua, penuh cerita dan melampaui berbagai era. Atap tinggi berfungsi untuk menjebak udara panas dalam loteng sehingga ruangannya selalu terjaga kesejukannya.
Bagian dalam rumah ini telah disesuaikan untuk kebutuhan coffee shop. Pun demikian, terlihat plafon yang masih orisinil, lubang angin yang dipertahankan dan kaca patri yang menunjukkan usia bangunan tak lagi muda. Sayangnya, lantai bangunan ini sudah diubah menjadi lebih modern dan meninggalkan bentuk klasiknya.
Sementara halaman depan dari bangunan lama ini yang difungsikan menjadi media kopi Cotta Huis. Terlihat juga bangunan tetangga depan rumah yang sejenis, rumah tua bergaya kolonial. Di jalan ini juga banyak terdapat deretan rumah lawas bergaya kolonial yang difungsikan masing-masing.
Teras rumah tempo dulu ini difungsikan sebagai kedai kopi Uncle Jo yang terletak di Jl Guntur, Kota Bogor. Daun pintu, genteng dan struktur bangunan ini masih dipertahankan keasliannya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kopi dan bangunan lawas.
Halaman luas yang dipenuhi tanaman hias menyatu dengan teras rumah tempo dulu yang difungsikan sebagai kedai kopi Uncle Jo, di Jl Guntur, Kota Bogor. Bangku atau kursi taman di area outdoor sengaja diberikan nuansa unik dan etnik.
Nuansa tempo doeloe sangat kental terasa saat memasuki kedai kopi Uncle Jo, di Jl Guntur, Kota Bogor. Kedai kopi ini membiarkan susana seperti apa adanya tanpa penambahan interior modern yang mencolok.Â
Semak belukar yang juga tetap dipertahankan agar terlihat dan bernuansa tempo doeloe sudah menyergap saat memasuki kedai kopi Uncle Jo di Kota Bogor itu. Kedai kopi ini membiarkan susana seperti apa adanya tanpa penambahan interior dan eksterior modern yang mencolok. Selain tanaman hias di halaman yang luas, suasana alam juga sangat terasa kental dan menyatu dengan teras rumah tempo dulu yang kini difungsikan sebagai kedai kopi.
Rumput liar terlihat di depan gudang tua era kolonial Belanda yang bermetamorfosa menjadi kedai kopi di samping sungai, di Taman Sari, Jakarta Barat. Secara arsitektur, bangunan ini tetap mengadaptasi struktur yang ada dan memperbarui atau menyesuaikan untuk penggunaan atau tujuan barunya dan tetap mempertahankan nilai historisnya.
Sisi samping gedung tua yang berada persis di sisi sungai ini dulunya terhubung langsung dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Bisa kita lihat dibeberapa sisi bangunan yang bisa dipertahankan tetap dibiarkan agar terjaga keasliannya seperti kusen dan teralis jendela serta volume ruangnya.
Interior dari ruangan ini juga mengadaptasi kemampuan struktur bangunan yang asli. Tapi ada beberapa struktur utama juga sudah berganti menjadi baja dan tembok semen modern. Ambience indoor disini terkesan lebih modern dan tak terlihat bangunan lawas.
Bangunan eksteriornya tetap dipertahankan seperti aslinya. Kelawasannya menjadi selling point tersendiri yang dikemas dengan apik dalam gaya rustic, ataupun dibiarkan dalam bentuk aslinya.Â
Kalau ini adalah Bangunan tua Kapitan Lim yang mencolok berwarna merah dengan gaya Pecinan dan berada di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sangat kontras dengan bangunan di sampingnya yang berarsitektur Timur Tengah seperti pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara ini. Properti tua ini tentunya memakan biaya perawatan yang cukup tinggi. Karena gedung-gedung tua itu sudah termakan usia.Â
Kesibukan Pasar Tanah Abang mengelilingi bangunan tua yang menjadi kedai kopi dan restoran Kapitan Lim. Sebelumnya, bangunan ini sempat menjadi rumah ibadah. Terlihat dari arsitektur bangunan yang masih dipertahankan dengan warna khas merah dan kuning emas.
Terakhir ada juga yang dari kota hujan, Bogor. Namanya kedai kopi Fanaticoffee yang juga tetap mempertahankan bangunan dengan arsitektur lawas. Merawat masa lalu menjadi bagian dari identitas kota yang akan selalu tetap ada. Sama halnya seperti halnya bangunan dan gedung-gedung tua ini yang menolak tamat, dengan caranya sendiri.
Warga berlalu lalang melintasi di depan gedung tua yang dijadikan kedai kopi Fanaticoffee, di Jl Suryakencana, Bogor. Kawasan ini merupakan kawasaki Pecinan dengan bangunan lawas yang sudah ada dan berdiri sejak era kolonial. Sebelum menjadi coffeeshop, bangunan tua di Suryakencana ini sudah bergonti-ganti seperti menjadi toko mebel dan toko peralatan listrik. Tertarik untuk mulai mencoba bisnis kedai kopi yang berlatar bangunan unik dan klasik?