Inggris - Sebanyak 500 ribu orang yang tergabung dalam aliansi guru, pns hingga masinis menggelar aksi mogok kerja menuntut kenaikan gaji di Inggris.
Foto Bisnis
Potret Demo Besar di Inggris! Guru, PNS, hingga Masinis Tuntut Naik Gaji

Guru, orang tua, dan anak-anak bergabung dalam aksi mogok kerja di Wokingham, Inggris, Rabu (1/2/2023) waktu setempat. (Reuters/Matthew Childs)
Akibat dari aksi tersebut banyak sekolah yang ditutup, menghentikan sebagian layanan kereta api, serta membuat anggota militer menjaga perbatasan. Berdasarkan serikat pekerja, terdapat 500.000 orang yang ikut aksi dan 300.000 di antaranya adalah guru. Jumlah ini merupakan yang terbesar sejak tahun 2011. (Reuters/Peter Cziborra)
Perdana Menteri Rishi Sunak mengutuk aksi mogok kerja yang memaksa jutaan anak bolos sekolah. (Reuters/Peter Cziborra)
Pemerintahannya menentang keinginan serikat pekerja. Jika mengikuti tuntutan pekerja akan kenaikan gaji yang besar, hal itu dapat memicu masalah inflasi di Inggris. (Reuters/Peter Cziborra)
Salah satu demonstran, Hannah Rice berharap aksi tersebut dapat mengirimkan pesan yang kuat kepada pemerintah. (Reuters/Toby Melville)
PCS Union, yang mewakili sekitar 100.000 PNS yang mogok pada lebih dari 120 departemen pemerintah, memperingatkan akan adanya pemogokan terkoordinasi lebih lanjut. (Reuters/Amal Abid/@Amoola_83)
Dengan inflasi mencapai lebih dari 10%, level tertinggi dalam empat dekade, Inggris telah mengalami gelombang mogok kerja dalam beberapa bulan terakhir di sektor publik dan swasta, termasuk pekerja kesehatan dan transportasi, karyawan gudang Amazon, dan staf pos Royal Mail. (Reuters/Toby Melville)
Minggu depan, perawat, staf ambulans, paramedis, penangan panggilan darurat, dan petugas kesehatan lainnya akan melakukan lebih banyak aksi mogok kerja, sementara petugas pemadam kebakaran minggu ini juga mendukung pemogokan nasional. (Reuters/Toby Melville)
Para pemogok kerja menuntut kenaikan gaji di atas inflasi untuk menutupi meroketnya tagihan makanan dan energi yang menurut mereka telah membuat mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan. (Reuters/Toby Melville)