Purbalingga - Budi daya melon hidroponik sistem NFT yang digarap petani milenial di Purbalingga terbilang sukses. Yuk intip perkebunannya.
Jelajah Desa BRILian
Potret Kebun Melon Petani Milenial di Purbalingga
Perkebunan melon hidroponik yang diinisiasi oleh Tri Bowo Pangestika ini berada di Desa Karangpucung Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Â
Kebun melon ini menggunakan metode hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). Â
Dengan metode ini, dapat menyesuaikan nutrisi, suhu, dan lainnya untuk menghasilkan melon yang berkualitas. Â
Bowo bercerita butuh modal awal sekitar Rp 130 juta untuk mengembangkan greenhouse hidroponik miliknya. Â Â
Adapun saat ini, kelompok klaster melon di bawah naungannya telah memiliki 4 greenhouse. Â
Bertani melon hidroponik dengan sistem NFT atau melon premium butuh waktu kurang lebih 65-70 hari untuk satu kali tanam sampai panen. Dalam waktu itu, butuh biaya operasional, di antaranya satu pekerja, biaya benih, obat dan nutrisi yang kalau dijumlahkan berkisar Rp 10-12 juta dalam waktu 2 bulan. Â
Bowo menjelaskan, satu greenhouse kapasitasnya 700 tanaman, katakanlah 10 persen (hasil panen) tidak masuk grade bagus. Kalau dikalikan satu pohon satu buah, rata-rata beratnya di 1,5-2 kg biasanya di kisaran 1 ton sekali panen. Kita jual per kilo Rp 35 ribu, jadi kalau penghasilan kotornya sekitar 35 juta per 2 bulan sekali. Â

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILiaN yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILiaN lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com! Â