Sulawesi Tenggara - Seorang perantau asal Jawa Timur membawa kecintaannya terhadap batik ke Pulau Wawonii. Ia mendirikan rumah batik dan memberdayakan masyarakat setempat.
Tapal Batas
Perajin Batik Asal Jatim Giat Berdayakan Warga Konawe Kepulauan

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang mendunia. Di Indonesia, masyarakat umumnya mengenal batik dari wilayah-wilayah di Pulau Jawa, seperti Solo, Jogja, Cirebon hingga Pekalongan. Namun seiring berkembangnya zaman, batik terus terus mengalami perkembangan hingga ke luar Pulau Jawa. Salah satu contoh menarik adalah perkembangan batik di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara.
Syalisatul Qamariyah Lis, seorang perantau asal Jawa Timur membawa kecintaannya terhadap batik ke Pulau Wawonii. Ia bahkan mendirikan rumah batik dan memberdayakan masyarakat setempat lewat batik.
Syalisatul mengatakan ia termotivasi karena susahnya mata pencaharian masyarakat Konawe Kepulauan sehingga ia mencari cara bagaimana agar masyarakat punya penghasilan tambahan dari rumah batik yang ia dirikan.
Berbeda dari batik-batik di Pulau Jawa, Syalisatul mengembangkan mengembangkan batik di Wawonii dengan budaya setempat. Adapun salah satu motif yang terinspirasi dari budaya setempat yakni, motif pohon kelapa. Wawonii memang dikenal sebagai surganya pohon kelapa. Bahkan di Wawonii, pohon kelapa dijadikan sebagai mahar dalam upacara perkawinan.
Meski demikian, perjuangannya Syalisatul memperkenalkan batik ke masyarakat tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, tak sedikit masyarakat berpikir batik merupakan budaya khas Jawa.
Tak hanya itu, Syalisatul mengungkapkan minat masyarakat di Wawonii untuk belajar batik pun masih sangat rendah. Namun, hal ini tak membuatnya putus asa. Bahkan, ia rela memberi upah kepada masyarakat yang ingin belajar membatik.
Namun, perjuangan Syalisatul tak sia-sia. Usaha batiknya bahkan mendapat perhatian dari Ketua Dekranasda Kabupaten Konawe Kepulauan. Rumah batik yang sebelumnya berada di Desa Butuea kini dipindahkan ke wilayah kota.
Tak hanya itu, penjualan batik Syalisatul juga meningkat. Dalam satu bulan, Syalisatul pun bisa meraup omzet hingga Rp 10 jutaan.
Dalam memasarkan batiknya, Syalisatul mengatakan kerap memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp. Ia mengaku kerap memanfaatkan akses internet yang dihadirkan BAKTI Komdigi saat berada di desanya.
detikcom bersama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengadakan program Tapal Batas untuk mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, dan pemerataan akses internet di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Ikuti terus berita informatif, inspiratif, unik dan menarik dari program Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!