Amerika Serikat - Ribuan pegawai Kemlu AS dipecat Trump pekan ini. Suasana haru menyelimuti kantor saat mereka diantar tepuk tangan perpisahan.
Foto Bisnis
Banjir Air Mata di Washington, Ribuan Pegawai Kemlu AS Dipecat Trump

Presiden Donald Trump mulai memecat lebih dari 1.350 pegawai Kementerian Luar Negeri AS pada Jumat (11/7/2025) waktu setempat. Langkah ini menjadi bagian dari perombakan besar korps diplomatik AS yang dinilai belum pernah terjadi sebelumnya. (REUTERS/Annabelle Gordon)
Pemecatan mencakup 1.107 pegawai sipil dan 246 diplomat asing yang berbasis di Amerika Serikat. Kebijakan ini diterapkan ketika AS sedang menghadapi krisis global seperti perang Rusia-Ukraina dan konflik panjang di Gaza. (REUTERS/Annabelle Gordon)
Dalam pemberitahuan internal, Departemen Luar Negeri menyebut pengurangan pegawai difokuskan pada fungsi non-inti, kantor duplikatif, dan unit yang dinilai dapat diefisienkan. Total pemangkasan termasuk pengunduran diri sukarela diperkirakan mencapai hampir 3.000 orang. (REUTERS/Annabelle Gordon)
Gedung Departemen Luar Negeri di Washington dipenuhi suasana haru ketika ratusan pegawai melakukan “clap-out” bagi rekan mereka yang dipecat. Banyak yang menangis sambil membawa kotak berisi barang pribadi, memeluk rekan, dan meninggalkan kantor untuk terakhir kalinya. (REUTERS/Annabelle Gordon)
Senator Demokrat Tim Kaine menilai langkah ini berbahaya karena justru melemahkan posisi Amerika di tengah meningkatnya agresivitas Rusia dan Cina. "Ini keputusan paling konyol ketika dunia sedang kacau," katanya. (REUTERS/Annabelle Gordon)
Pemecatan massal ini juga menargetkan pegawai yang menangani program pemukiman ulang warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk AS saat perang. Banyak kantor pelayanan dan monitoring HAM global juga terancam ditutup dalam restrukturisasi ini. (REUTERS/Annabelle Gordon)
Trump menegaskan kebijakan ini selaras dengan agenda “America First” miliknya. Ia ingin memangkas birokrasi federal, memberhentikan pejabat yang dianggap tak loyal, dan mengalihkan anggaran ke prioritas dalam negeri serta kekuatan regional AS di dunia. (REUTERS/Annabelle Gordon)