"Kebanyakan dari mereka hanya lulusan SD," kata Direktur Jendral Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah di Hotel Grand Aquila, Bandung, Jumat malam (8/4/2011).
Para pengrajin sepatu, menurut Euis, juga merupakan ahli artisan. Artinya, mereka hanya mampu menghasilkan model yang sudah ada. "Sepatu mereka bikin rapi, tapi tidak kreatif, itu itu saja," ujar Euis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, tambah Euis, keterbatasan bahan baku dan bahan penolong juga menjadi faktor terhambatnya perkembangan sepatu. Proses karantina bahan baku untuk kulit diberlakukan sangat ketat.
"Proses masuknya bahan baku karantinanya sangat ketat untuk melihat penyakit kulit dan kuku," tuturnya.
Lebih lanjut Euis menegaskan, Industri Kecil Menengah (IKM) selalu akan berkutat dengan dana dan sumber daya. Selain itu, teknologi yang digunakan juga masih sangat sederhana.
"IKM itu mengacu ke kata kurang, kurang modal, kurang SDM," pungkasnya.
(dnl/dnl)











































