Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan menurunkan bea keluar bukan satu-satunya cara mengambil solusi dari persaingan harga CPO kedua negara saat ini.
"Soal bea keluar dari Malaysia berkisar perbedaan hanya 3%, atau hanya sekitar US$ 25/ton. Tetapi cara itu tidak akan mengangkat (persoalan CPO)," ungkap Bayu usai menghadiri pelelangan teh di Kawasan Menteng Jakarta, Rabu (9/01/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Solusi kita ada dua yaitu para pengusaha harus menambah jumlah tangki penampungan dan peningkatan konsumsi biofuel," katanya.
Bayu menjelaskan penambahan tangki digunakan agar distribusi atau pengaturan suplai produk CPO berjalan baik. Menurutnya tangki yang harus disiapkan harus bisa menampung CPO selama 2-3 bulan. Saat ini para pengusaha CPO hanya bisa menampung CPO hanya kurang dari 1 bulan saja.
"Sebulan itu hanya bisa menampung 2-2,5 juta ton produksi. Kita harus siapkan tangki lebih besar lagi menjadi 5-8 juta tangki yang harus kita siapkan," imbuhnya
Selain penambahan tangki, penggunaan produk turunan CPO salah satunya biofuel harus menjadi perhatian. Bayu mengatakan jika Indonesia memasang tarif yang jauh lebih murah dari Malaysia maka akan terjadi perang tarif. Hal ini berarti pihak buyer yang sangat diuntungkan dari rendahnya harga CPO.
"Yang kedua adalah biofuel. Ada subsidi untuk biosolar di tahun 2013. Sebanyak 2-3 juta sawit diubah ke biosolar maka akan berubah. Jadi kita dengan malaysia akan terjadi perang dagang dan buyer yang akan mempermainkan harga pasar," cetus Bayu.
(wij/hen)











































