Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan, pesawat N-250 buatan pabrik PT DI di Bandung ini dirancang dalam empat versi. Adapun keempat versi tersebut diberi nama langsung oleh Presiden Soeharto.
Produksi prototipe pertama yakni N 250 PA-1 dengan versi Gatotkaca diluncurkan Agustus 1995, dan N-250 PA-2 diberi nama versi Krincing Wesi yang diluncurkan Agustus 1996.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Harto kasih empat nama, namun baru N-250 seri kedua, proyek N-250 harus dihentikan,β tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).
Sebelum penghentian proyek N-250 karena Presiden Soeharto menyetop suntikan dana ke PT DI di 1998, ternyata Soeharto telah menyiapkan empat nama yakni N-250 PA-1 versi Gatotkaca, N-250 PA-2 versi Krincing Wesi, N-250 PA-3 versi Koconegoro, dan N-250 PA-4 versi Putut
Guritno.
Nama-nama pemberian Presiden Soeharto itu, saat ini terpajang di ruangan Dirut PT DI.
Budi menjelaskan, untuk melanjutkan proyek N-250 ini, setidaknya diperlukan dana minimal US$ 1 miliar atau setara Rp 9,6 triliun.
Selain itu, PT DI perlu melakukan riset pasar mengenai pesawat tersebut, karena N250 yang dikembangkan tahun 1990-an harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar penerbangan sekarang.
"Sekarang pasarnya minta yang beda, jadi kalau kita mengembangkan N250, kita perlu US$ 1 miliar. Kalau kita mau yang lebih kompetitif, kita perlu US$ 2 miliar,β tambahnya.
Saat ini, dua prototipe pesawat N250 hanya menjadi besi tua yang dijemur pada apron atau parkir pesawat milik PT DI di sebelah Bandara Husein Sastranegara Bandung Jawa Barat.
Dua pesawat N-250 bernama Gatotkaca dan Krincing Wesi itu saat ini tampak sekali catnya mulai lusuh dan tak terawat, karena dibiarkan terkena hujan dan terik matahari di parkiran pesawat.
Bahkan ketika menuju ruang pamer khusus N-250, tampak ada hal yang berbeda. Terlihat masih ada keindahan interior di dalam N-250. Kesan mewah interior dan toilet masih terlihat meskipun pesawat tersebut dikembangkan tahun 1990-an.
(feb/dnl)