Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak selalu berdampak negatif. Pelaku usaha kopi asal Kintamani, Bali bernama Made Rida justru diuntungkan.
Dalam setahun, warga Bali yang tergabung dalam Masyarakat Perlindungan Kopi Arabika Kintamani, Bali ini mampu memproduksi 7.000 gelondong kopi merah atau 2.000 ton green bean kopi per tahun. Hasilnya tentu saja sebagian besar diekspor.
Dengan harga Rp 35.000 per kg, omzet yang dicapai tak tanggung-tanggung hingga Rp 7 miliar per tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari omzet yang diperoleh, Made menyebutkan, pihaknya bisa mengantongi keuntungan hingga Rp 340 juta sampai Rp 400 juta per tahun dengan asumsi kenaikan harga 10% akibat melemahnya nilai tukar rupiah.
"Untuk kopi dengan kenaikan harga Rp 35 ribu-Rp 37 ribu biasanya Rp 27 ribu-Rp 30 ribu per kg. Ada kenaikan keuntungan sekitar 10%. Marginnya antara Rp 350 juta-Rp 400 juta per tahun," terangnya.
Made menjelaskan, kopi-kopi asal Kintamani ini biasa dikirim ke negara-negara tujuan ekspor seperti Jepang, Australia, dan Amerika Serikat (AS), dan Eropa.
Melalui 4.500 hektar lahan kopi di Kintamani, usaha yang digarap mulai dari tahun 2000 ini telah mendapat sertifikat atas mutu dan kualitas produk.
"Kopi ini tidak bisa dipalsukan lagi," ujarnya.
Selain pasar ekspor, kopi Kintamani ini disebar di pasar ritel dalam negeri seperti Jakarta dan Denpasar, Bali.
"Pasokan dalam bentuk biji kopi. Ada juga bentuk kopi bubuk tapi porsinya masih sedikit, masih akan terus dikembangkan," kata Made.
(drk/ang)











































