Direktur Eksekutif National Meat Processors Association Indonesia (Nampa) atau Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia Haniwar Syarif mengatakan, selain di Pontianak, bakso asal Malaysia tersebut banyak masuk melalui perbatasan lain di Sumatera.
"Jumlahnya besar, di daerah perbatasan seperti di Kalimantan, di Kepulauan Riau itu masuk daging olahan seperti sosis, bakso itu banyak sekali masuk," kata Haniwar saat dihubungi detikFinance, Kamis (17/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masuknya kira-kira sejak 2 tahun lalu. Tapi di sini (Jakarta) belum begitu banyak masuk," katanya.
Daging bakso Malaysia berasal dari daging sapi India yang menurut Indonesia belum bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). Untuk menyiasati sulitnya daging India masuk ke Indonesia, maka dibuatlah bakso dan dijual ke Indonesia lewat Malaysia.
Sebelumnya, Ketua National Meat Procession Association-Indonesia (NAMPA) atau Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia Ishana Mahisa mengatakan, daging olahan yang berasal dari India dijual di Indonesia dengan harga rata-rata Rp 25.000/Kg, namun berisiko berpenyakit.
Harga daging olahan asal India sangat jauh lebih murah dibanding dengan harga daging sejenis dari Australia yang dianggap sudah bebas PMK.
"Dari India, Harganya Rp 25.000/Kg, kalau kita pakai dari Australia sekurang-kurangnya US$ 5 (sekitar Rp 50.000)," kata Ishana.
Ishana mengatakan, di wilayah Pontianak, Kalimantan Barat produk bakso dari Malaysia membanjiri pasar. Bahkan, industri bakso dalam negeri sulit masuk untuk menggeser bakso-bakso dari Malaysia yang merupakan produk ilegal.
"Sebagian besar masuknya adalah ilegal, akhirnya teman kami harus membuat industri olahan di Pontianak. Dia berharap suatu saat, bakso dari Malaysia bergeser. Yang tadinya masyarakatnya taste Malaysia itu bertahap bisa beralih," tutup Ishana.
(zul/dnl)