"Harga barang elektronik seperti televisi LCD/LED, lemari es, mesin cuci naik, rata-rata presentasenya 10-15%," kata Product Consultant Permata Elektronik Reza saat ditemui detikFinance di Pasar Glodok, Jakarta Barat, Jumat (29/11/2013).
Untuk lemari es misalnya, harga lemari es dengan merek Samsung mengalami kenaikan Rp 100 ribu-150 ribu/unit, dari sekitar Rp 3,5 juta menjadi Rp 3,6 juta. Sementara televisi LED Samsung 32 inchi mengalami kenaikan Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu/unit. Harga jual TV LED 32 inchi itu dipatok Rp 4,5 juta/unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contohnya harga lemari es naik karena beberapa produk masih banyak diimpor penuh atau bahkan komponenya masih impor dari Thailand, Korea Selatan, dan China. Yang masih impor 100% adalah lemari es yang ukurannya dan spesifikasi paling tinggi," imbuhnya.
Sedangkan untuk produk Air Conditioner (AC) juga mengalami kenaikan Rp 50 ribu-100 ribu seperti AC 1/2 PK kini dijual dengan harga Rp 2,2 juta/unit. Harga mesin cuci juga mengalami kenaikan seperti ukuran 4 kg naik dari Rp 1,3 juta menjadi Rp 1,5 juta, dan ukuran 8 kg naik dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 1,7 juta. Reza berharap ada upaya serius pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Penjualan semakin sepi di akhir tahun, perhitungannya dari traffic barang dan daya beli. Semua branded hampir mengalami kenaikan. Penjualan kita berkurang bisa 20-30%, seharusnya penjualan di akhir tahun ramai tetapi sampai saat ini masih sepi. Kita minta pemerintah untuk bisa menstabilkan rupiah ini," keluhnya.
Reza mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga ini adalah banyak dari komponen barang elektronik yang masih diimpor dari negara produsen atau pemegang merek.
Indonesia selama ini hanya sekedar dijadikan negara perakit bukan sebagai negara produksi komponen utama alat elektronik.
"Banyak komponen elektronik yang masih diimpor terutama untuk lemari es, televisi LCD/LED dan mesin cuci. Apalagi air conditioner," ungkap Reza.
Ia mencontohkan, misalnya untuk AC, rata-rata komponen lokalnya hanya 26% dan sisanya masih impor. Untuk peralatan audio komponen lokal 59%, sedang televisi komponen lokalnya 55%. Untuk produk seperti electronic fan komponen lokalnya 78%, kulkas komponen lokalnya 54%, mesin cuci kandungan lokal 47%, sedangkan pompa air komponen lokalnya mencapai 74%.
"Kebanyakan yang kita produksi itu casis nya sedangkan engine atau mesin utamanya kita masih impor, papan sirkuit elektronik juga kita belum mampu membuatnya," imbuhnya.
Tidak hanya itu, produk seperti lemari es ukuran besar dan televisi LED/LCD banyak juga yang 100% diimpor dalam bentuk jadi. Indonesia dipandangnya masih kalah bila dibandingkan dengan negara Thailand yang sudah bisa memproduksi komponen elektronik dalam jumlah besar.
"Contoh juga lemari es dua pintu dan LCD juga LED kita kebanyakan impor produk jadi dari Thailand, Korea Selatan dan China. Thailand bisa mereka buat komponen yang nilai tambahnya jauh lebih besar," katanya.
(wij/dnl)