Di masa keemasan itu, Merpati dipimpin oleh Direktur Utama Capt. F.H. Sumolang. Di bawah kepemimpinan Sumolang, Merpati mulai masuk ke era pesawat jet seperti Fokker-28, Fokker-28, dan DC-9.
"Jumlah pesawat 100. Era jet itu di Sumolang. Ada Fokker 28 dan DC9," kata Dewan Penasehat Forum Pegawai Merpati (FPM) I Wayan Suarna di Jakarta seperti dikutip Rabu (5/2/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direksi-direksi pun, silih berganti mengisi kursi 'panas' Dirut Merpati, namun maskapai ini tidak kunjung membaik. Hingga pada puncaknya Februari 2014. Di bawah Dirut Capt. Asep Ekanugraha armada Merpati tersisa 18 unit. Itupun bukan masuk katagori pesawat baru, seperti: Boeing 737-500, Boeing 737-400, Boeing 737-200, MA 60, Cassa 212, dan Twin Otter.
"Pesawat aktif ada 18 unit. Ada Boeing 737 series ada 5 unit, MA 60 ada 10 unit, Twin Otter ada 2 unit, dan Cassa ada 1 unit," kata VP Corporate Secretary Merpati Riswanto.
Belum sampai di situ masalah Merpati, saat ini, Merpati berhenti beroperasi melayani rute-rute di tanah air dan internasional. Penghentian penerbangan Merpati karena perseroan mengalami kesulitan keuangan dan sedang menjalani program restrukturisasi. Belum lagi utang avtur ke Pertamina sudah cukup besar.
(feb/dnl)











































