Indonesia memang kaya komoditas tanah jarang ini, namun logam ini masih dianggap sebagai limbah dan tidak termanfaatkan.
"Jumat pagi saya akan berada di Bangka untuk minta kepada PT Timah mulai membangun pilot project pengolahan logam tanah jarang (rare earth) yang sangat strategis bagi bangsa Indonesia," kata Dahlan kepada detikFinance, Selasa (18/2/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"PT Timah membiarkan sisa pengolahan timah dibeli pihak lain untuk diekspor. PT Timah hanya mengambil timahnya dan membuang selebihnya. Padahal sisa pengolahan timah (waste) itu bisa diolah lagi untuk diambil unsur tanah jarangnya," sebutnya.
Mantan bos PLN tersebut menilai, logam tanah jarang yang terdiri dari 17 unsur kimia ini, sangat dibutuhkan sebagai bahan baku komponen elektronik. "Rare earth itu sekarang menjadi barang yang penting di dunia, misalnya untuk bahan pembuatan layar TV, laptop, handphone, dan lainnya," jelasnya.
Penugasan yang diberikan kepada emiten berkode TINS karena kinerja perseroan yang terus membaik. Nantinya PT Timah akan melakukan proyek percontohan selama 1 tahun sebagai bahan evaluasi.
"PT Timah yang tahun 2013 sudah menunjukkan kinerja yang luar biasa. Saya minta mewujudkan pilot project pengolahan tanah jarang ini dalam waktu satu tahun," sebutnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, logam tanah jarang banyak ditemukan di Indonesia adalah bijih Timah dengan mineral ikutan Monazite, Xenotime, Zircon dan Ilmenite, bijih Tembaga dengan mineral ikutan Anode Slime, Pasir Besi, bijih Emas, dan bijih Bauksit.
Logam tanah jarang diperlukan juga mendukung pengembangan mobil listrik nasional karena komponen pada baterai mobil listrik mengandung logam tanah jarang, namun masih diimpor.
(feb/dnl)











































