Hal ini disampaikan Aburizal Bakrie di acara Deklarasi Busana Indonesia Masa Kini dan Mendatang di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (6/3/2014).
"Satu aspek itu ada tarian, saya sedih bahwa tarian Indonesia itu sangat sedikit digandrungi oleh anak-anak muda Indonesia. Mereka lebih suka nari yang dari Korea itu, apa namanya? Gangnam Style itu," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ical mengatakan, selain soal tari-tarian, ia pun mengaku prihatin dengan penggunaan bahasa Indonesia yang terkalahkan oleh bahasa-bahasa Asing. Bahkan di lingkungan keluarganya, penggunaan bahasa asing adalah hal dominan dibanding bahasa Indonesia.
"Cucu saya lebih suka bahasa Inggris daripada Indonesia. Sehingga saya bicara sama dia, kamu kalau mau ngomong sama saya pakai bahasa Indonesia," tambah Ical.
"Sedih saya kalau kita lihat dulu lihat kalau mau pergi ke sekolah saya cium tangan sama ibu sama ayah saya. Sekarang kalau saya lihat bye dad. Hi dad hi mom, I'm going to school, tidak ada cium tangan lagi. Tidak ada kata yang cantik untuk kita," imbuh Ical menggebu-gebu.
Masih menurutnya, budaya asing pun sering ditemui di lingkungan pejabat pemerintahan. Penggunaan batik masih kalah dibanding jas berdasi yang digunakan untuk acara resmi.
"Kenapa kita lihat dalam acara resmi kenapa tidak boleh pakai tenun, batik. Misalnya mau pergi ke DPR sana semua pakai jas, dasi, bahkan Presidennya pakai jas," kata Ical yang memakai batik berwarna kuning cerah itu.
Ical hadir dalam acara Deklarasi Busana Indonesia Masa Kini dan Mendatang. Dalam deklarasi ini salah satu poin yang ditekankan adalah komitmen untuk mendapat dukungan nyata dari pemerintah agar dapat menetapkan suatu protokol mengenai penggunaan busana Indonesia dalam acara resmi atau formal, dan tidak resmi baik di dalam negeri maupun kegiatan internasional.
Sedangkan untuk masyarakat luas diharapkan menggunakan busana Indonesia dalam setiap kesempatan.
(zul/hen)