Di dalam lautan Indonesia tersimpan potensi perikanan yang cukup besar salah satunya ikan tuna. Ikan tuna adalah salah satu ikan yang paling banyak dicari negara lain seperti Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Sayangnya tidak banyak nelayan dan pelaku usaha di dalam negeri memanfaatkan benar potensi ikan tuna. Bahkan sebagian besar hasil tangkap ikan tuna diekspor ke negara lain.
Menurut catatan detikFinance, setidaknya ada 4fakta unik tentang seluk beluk bisnis ikan tuna di Indonesia. Berikut ini 4 fakta unik tersebut seperti dikutip detikFinance, Jumat (11/04/2014),
Hal ini disebut oleh Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung.
Menurut Saut produksi ikan tuna Thailand lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Meskipun tidak mempunyai data yang detil, Saut memperkirakan jumlah produksi ikan tuna Thailand lebih besar dari produksi ikan tuna Indonesia saat ini sebesar 800.000 ton/tahun.
Salah satu alasannya adalah karena area penangkapan ikan tuna Thailand lebih besar dibandingkan Indonesia. Thailand juga mengimpor ikan tuna dari Indonesia dan tidak ragu melakukan kerjasama penangkapan ikan dengan negara lain seperti dengan negara-negara Afrika. Tetapi diakuinya banyak juga ikan tuna Thailand didapat secara ilegal dari perairan Indonesia.
Sedangkan faktor lainnya adalah industrialisasi ikan tuna kaleng di Thailand berkembang cukup pesat. Setiap tahun Thailand memproduksi 55 juta karton ikan tuna kaleng sementara Indonesia hanya memproduksi 8,2 juta karton ikan tuna kaleng. Itulah yang menyebabkan Thailand menjadi negara yang berhak mengatur harga ikan tuna di dunia.
Luas laut Thailand 30 kali lebih kecil bila dibandingkan luas laut Indonesia. Thailand hanya mempunyai luas laut 205.600 km2 sedangkan luas lautan Indonesia mencapai 5,8 juta km2. Tetapi siapa sangka, Thailand adalah raja eksportir ikan tuna terbesar di dunia mengalahkan Indonesia.
Hal ini disebut oleh Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung.
Menurut Saut produksi ikan tuna Thailand lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Meskipun tidak mempunyai data yang detil, Saut memperkirakan jumlah produksi ikan tuna Thailand lebih besar dari produksi ikan tuna Indonesia saat ini sebesar 800.000 ton/tahun.
Salah satu alasannya adalah karena area penangkapan ikan tuna Thailand lebih besar dibandingkan Indonesia. Thailand juga mengimpor ikan tuna dari Indonesia dan tidak ragu melakukan kerjasama penangkapan ikan dengan negara lain seperti dengan negara-negara Afrika. Tetapi diakuinya banyak juga ikan tuna Thailand didapat secara ilegal dari perairan Indonesia.
Sedangkan faktor lainnya adalah industrialisasi ikan tuna kaleng di Thailand berkembang cukup pesat. Setiap tahun Thailand memproduksi 55 juta karton ikan tuna kaleng sementara Indonesia hanya memproduksi 8,2 juta karton ikan tuna kaleng. Itulah yang menyebabkan Thailand menjadi negara yang berhak mengatur harga ikan tuna di dunia.
Harga ikan tuna terutama tuna jenis sirip biru (bluefin) di pasar internasional seperti di Jepang bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar/ton atau US$ 100.000/ton. Akan tetapi di dalam negeri harga ikan tuna dipatok Rp 200 juta/ton atau US$ 20.000/ton.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Yusuf menjelaskan tingginya harga ikan tuna di Jepang disebabkan permintaan terhadap pasokan ikan tuna cukup tinggi. Sehingga harga ikan tuna bergerak naik.
"Harga ikan tuna di pasar internasional utamanya di Jepang berkisar sampai US$ 40.000 per ton. Namun pada saat permintaan tinggi harga terus meningkat bisa mencapai US$ 100.000/ton. Bahkan bisa mencapai record hingga lebih dari US$ 100.000 per ton. Sedangkan harga ikan tuna di dalam negeri hanya berkisar US$ 20.000-30.000 per ton," kata Gellwynn.
Lebih mahalnya harga tuna di luar negeri menyebabkan produksi ikan tuna di Indonesia lebih banyak diekspor. KKP mencatat 70% produksi ikan tuna Indonesia diekspor ke negara lain seperti Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Harga ikan tuna terutama tuna jenis sirip biru (bluefin) di pasar internasional seperti di Jepang bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar/ton atau US$ 100.000/ton. Akan tetapi di dalam negeri harga ikan tuna dipatok Rp 200 juta/ton atau US$ 20.000/ton.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Yusuf menjelaskan tingginya harga ikan tuna di Jepang disebabkan permintaan terhadap pasokan ikan tuna cukup tinggi. Sehingga harga ikan tuna bergerak naik.
"Harga ikan tuna di pasar internasional utamanya di Jepang berkisar sampai US$ 40.000 per ton. Namun pada saat permintaan tinggi harga terus meningkat bisa mencapai US$ 100.000/ton. Bahkan bisa mencapai record hingga lebih dari US$ 100.000 per ton. Sedangkan harga ikan tuna di dalam negeri hanya berkisar US$ 20.000-30.000 per ton," kata Gellwynn.
Lebih mahalnya harga tuna di luar negeri menyebabkan produksi ikan tuna di Indonesia lebih banyak diekspor. KKP mencatat 70% produksi ikan tuna Indonesia diekspor ke negara lain seperti Thailand, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Wilayah tangkap ikan tuna mayoritas berada di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Khusus di Indonesia habitat ikan tuna banyak ditemui di sisi selatan laut Pulau Jawa menyisir hingga kawasan timur Indonesia. Misalnya ikan tuna jenis bluefin banyak ditemui hingga perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut data KKP, wilayah tangkap ikan tuna di Indonesia hingga mencapai Perairan Kabupaten Wakatobi yaitu daerah Laut Banda, Sulawesi Tenggara, dan sekitarnya. Perairan Wakatobi merupakan habitat khususnya jenis tuna sirip kuning (yellowfin β Thunnus albacares).
Selain itu khusus untuk daerah di kawasan timur Indonesia lainnya juga didominasi oleh habitat ikan tuna cakalang. Puncak musim penangkapan ikan cakalang pada umumnya berkisar pada musim peralihan I (April, Mei, dan Juni) hingga awal musim timur.
Di Maumere (Nusa Tenggara Timur) misalnya, puncak musim terjadi pada bulan Februari dan November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim peralihan II yang berselang selama empat bulan. KisaranΒ bulan-bulan musim penangkapan ikan tuna dan cakalang adalah sebagai berikut:
Perairan Selat Makassar bagian selatan: Maret-Juli
Laut Flores: September-Maret
Laut Banda: September-Maret
Perairan Aru: September-Maret
Laut Arafura: Agustus-Mei
Laut Seram: Agustus-Maret
Laut Maluku: Agustus-Maret
Bahkan wilayah tangkap tuna terbesar di Indonesia banyak dijumpai di laut lepas di perairan Bali berbatasan dengan negara Australia.
Wilayah tangkap ikan tuna mayoritas berada di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Khusus di Indonesia habitat ikan tuna banyak ditemui di sisi selatan laut Pulau Jawa menyisir hingga kawasan timur Indonesia. Misalnya ikan tuna jenis bluefin banyak ditemui hingga perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut data KKP, wilayah tangkap ikan tuna di Indonesia hingga mencapai Perairan Kabupaten Wakatobi yaitu daerah Laut Banda, Sulawesi Tenggara, dan sekitarnya. Perairan Wakatobi merupakan habitat khususnya jenis tuna sirip kuning (yellowfin β Thunnus albacares).
Selain itu khusus untuk daerah di kawasan timur Indonesia lainnya juga didominasi oleh habitat ikan tuna cakalang. Puncak musim penangkapan ikan cakalang pada umumnya berkisar pada musim peralihan I (April, Mei, dan Juni) hingga awal musim timur.
Di Maumere (Nusa Tenggara Timur) misalnya, puncak musim terjadi pada bulan Februari dan November, yaitu akhir musim barat dan akhir musim peralihan II yang berselang selama empat bulan. KisaranΒ bulan-bulan musim penangkapan ikan tuna dan cakalang adalah sebagai berikut:
Perairan Selat Makassar bagian selatan: Maret-Juli
Laut Flores: September-Maret
Laut Banda: September-Maret
Perairan Aru: September-Maret
Laut Arafura: Agustus-Mei
Laut Seram: Agustus-Maret
Laut Maluku: Agustus-Maret
Bahkan wilayah tangkap tuna terbesar di Indonesia banyak dijumpai di laut lepas di perairan Bali berbatasan dengan negara Australia.
Selain rutin mengekspor produk ikan tuna ke negara lain, Indonesia nyatanya masih rutin mengimpor ikan tuna setiap tahun. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung menjelaskan importasi dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan industri ikan tuna kaleng di dalam negeri. Setelah itu hasilnya akan direekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara ASEAN lainnya.
Menurut data terakhir KKP di tahun 2012 ada tujuh komoditas tuna yangΒ diimpor Indonesia. Yaitu ikan tuna jenis Oth tunas, excl. fillets, livers & roes dengan volume impor mencapai 87.750 kg dengan nilai Impor sebesar US$ 53.818.
Β Β Β
Kemudian ikan tuna jenis Albacore/longfinned tunas, excl.fillet dengan nilai impor US$ 440.375 yang beratnya mencapai 50.750 kg. Ikan tuna jenis Yellowfin tunas, excl.fillet, liver yang beratnya mencapai 870.890 kg dengan nilai impor sebesar US$ 1.9 juta.
Β Β Β
Selain itu, ada tunas jenis Skipjack or stripe-bellied bonito, excl dengan nilai impor US$ 2,6 juta yang berat impornya mencapai 1,2 juta kg. Ikan Bigeye tunas, excl.fillets, livers dengan berat mencapai 8.612 kg dengan nilai impor mencapat US$ 247.225.
Β Β Β
Lalu Oth tunas, excl.fillets,livers & roes yang nilai impornya US$ 149.574 dengan berat 24.730 kg. Ikan tuna jenis Frozen fillets of tunas, skipjack dengan berat 102.598 kg senilai US$ 255.350. Secara total nilai impor ikan tuna impor selama tahun 2012 mencapai US$ 5,7 juta dengan berat 2.520.730 kg.
Selain rutin mengekspor produk ikan tuna ke negara lain, Indonesia nyatanya masih rutin mengimpor ikan tuna setiap tahun. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung menjelaskan importasi dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan industri ikan tuna kaleng di dalam negeri. Setelah itu hasilnya akan direekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara ASEAN lainnya.
Menurut data terakhir KKP di tahun 2012 ada tujuh komoditas tuna yangΒ diimpor Indonesia. Yaitu ikan tuna jenis Oth tunas, excl. fillets, livers & roes dengan volume impor mencapai 87.750 kg dengan nilai Impor sebesar US$ 53.818.
Β Β Β
Kemudian ikan tuna jenis Albacore/longfinned tunas, excl.fillet dengan nilai impor US$ 440.375 yang beratnya mencapai 50.750 kg. Ikan tuna jenis Yellowfin tunas, excl.fillet, liver yang beratnya mencapai 870.890 kg dengan nilai impor sebesar US$ 1.9 juta.
Β Β Β
Selain itu, ada tunas jenis Skipjack or stripe-bellied bonito, excl dengan nilai impor US$ 2,6 juta yang berat impornya mencapai 1,2 juta kg. Ikan Bigeye tunas, excl.fillets, livers dengan berat mencapai 8.612 kg dengan nilai impor mencapat US$ 247.225.
Β Β Β
Lalu Oth tunas, excl.fillets,livers & roes yang nilai impornya US$ 149.574 dengan berat 24.730 kg. Ikan tuna jenis Frozen fillets of tunas, skipjack dengan berat 102.598 kg senilai US$ 255.350. Secara total nilai impor ikan tuna impor selama tahun 2012 mencapai US$ 5,7 juta dengan berat 2.520.730 kg.