Dasep menjelaskan, meski dirinya telah menciptakan berbagai purwarupa atau prototype mobil listrik, namun proses menunju produksi masih terhambat. Pasalnya, izin dan landasan hukum untuk industrialisasi mobil listrik masih belum turun, karena pemerintah dinilai tidak serius.
"Kita nggak dianggap. Harapannya pemerintah lebih serius terhadap keberpihakan industri mobil listrik sehingga potensi anak bangsa bisa dimunculkan," kata Dasep kepada detikFinance, Senin (14/4/2014).
Misal untuk memperoleh sertifikasi, saat purwarupa mobil listrik akan menjalani uji kelayakan di Kementerian Perhubungan, perlakuan dan proses perizinan uji kelayakan terhadap mobil listrik disamakan dengan mobil biasa. Padahal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah memberi arahan untuk mendukung proyek mobil listrik nasional.
"Kemenhub untuk uji kelayakan belum keluar. Mereka nggak jemput bola. Mereka tidak ada penanganan khusus. Kita diperlakukan sama dengan mobil biasa. Itu yang bikin saya kecewa," sebutnya.
Tidak hanya izin, tetapi regulasi perpajakan mobil listrik juga tak kunjung terbit. Padahal mobil listrik merupakan produk karya dalam negeri.
"Dari membantu regulasi perpajakan juga belum keluar," sebutnya.
Bahkan, jika nasib mobil listrik tidak menuai titik terang karena minimnya perhatian pemerintah, maka Dasep berencana menjual ide atau berencana mengembangkan mobil listriknya di luar negeri.
Dasep mengaku karyanya bakal dihargai dan memperoleh tempat khusus di dunia internasional. "Saya bisa berpikir ke luar negeri. Desain di luar negeri itu lebih menyambut. Ini teknologi baru dan semua butuh tapi dukungan disini lemah. Beda dengan dukungan ke mobil LCGC," sebutnya.
Dasep menjelaskan dirinya telah menghasilkan beberapa tipe mobil listrik. Namun mobil listrik tersebut belum bisa diproduksi massal karena masih tertahan izin sertifikasi. "Bus kita sudah buat 16 unit, city car, MPV sudah ada," terangnya.
Pagi tadi dalam tulisannya, Dahlan Iskan mengungkapkan, dia melihat bangsa Indonesia terbelit masalah besar, yang belum menemukan jalan keluarnya jelas. Persoalan itu adalah ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) impor. Kian lama impor BBM kita kian besar. Dan akan kian besar.
"Salah satu solusi yang saya lihat adalah mobil listrik. Bukan karena saya ahli mobil listrik, melainkan begitulah pendapat ahli di seluruh dunia. Kalau kita terlambat mengembangkannya, kita akan terantuk lubang untuk kedua kalinya. Mobil-mobil listrik buatan asing akan membanjiri Indonesia dalam 15 tahun ke depan," kata Dahlan.
(feb/dnl)