Perusahaan pangan asal AS, Cargill akan memulai uji pemrosesan kakao di pabrik pemrosesan kakaonya tahun ini di Gresik, Jawa Timur. Pembangunan pabrik hampir selesai dan targetnya akan dibuka pada Triwulan III-2014.
Pabrik Cargill ini mampu memproses sekitar 70.000 metrik ton/tahun biji kakao menjadi kakao bubuk, kakao butter dan kakao cair untuk para pelanggan di Indonesia dan negara Asia lainnya.
Dengan dibukanya pabrik tersebut, Cargill akan menyerap sekitar 200 pekerjaan, serta posisi-posisi tambahan di pusat penerapan R&D yang ada di Kuala Lumpur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fasilitas di Gresik ini akan menjadi pabrik pemrosesan kakao Cargill pertama di Asia, yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan di wilayah tersebut.
Investasi Cargill sebesar US$ 100 juta di Indonesia untuk mengembangkan dan menumbuhkan industri kakao Indonesia serta memperkuat jaringan pengadaan kakao dan aktivitas-aktivitas kelestarian kakao.
Biji kakao yang akan diproses di pabrik tersebut sebagian besar akan dipasok dari Sulawesi, di mana perkebunan kakao menjadi sumber pendapatan utama bagi ratusan ribu keluarga dan telah menjadi tempat pengadaan kakao Cargill sejak 1995.
Menurut Jos, Cargill berkomitmen untuk menyediakan produk-produk yang dibuat dari kakao berkualitas, yang ditanam secara berkelanjutan. Pihaknya telah melihat pertumbuhan signifikan dalam permintaan produk-produk kakao di Asia.
"Kami berencana untuk terus berinvestasi di wilayah ini untuk mendukung pertumbuhan kawasan ini dan melakukan pengadaan kakao dari petani-petani setampat untuk memproduksi produk-produk kakao berkualitas tinggi dalam memenuhi kebutuhan pada pelanggan di kawasan Asia,” katanya.
Cargill Cocoa Promise
Unit bisnis Kakao dan Coklat Cargill, badan pembangunan internasional Swisscontact dan Pemerintah Kabupaten Soppeng telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk mengimplementasikan progam Cargill Cocoa Promise di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Cargill Cocoa Promise adalah komitmen global perusahaan terhadap pengembangan rantai pasokan kakao yang berkelanjutan dan untuk membuat
perbedaan dalam tiga bidang utama—memperbaiki kehidupan para petani kakao, mendukung komunitas perkebunan kakao dan berinvestasi untuk perkebunan kakao masa depan.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh perwakilan ketiga pihak yang terdiri dari H. Aris Muhammadiyah, Wakil Bupati Soppeng; Pither Sutardji, cocoa sourcing manager, Cargill Cocoa & Chocolate; dan Manfred Borer, program director, Sustainable Cocoa Production Program (SCPP), Swisscontact.











































