Industri Rokok Memasuki Era Sulit

Industri Rokok Memasuki Era Sulit

- detikFinance
Selasa, 20 Mei 2014 06:52 WIB
Industri Rokok Memasuki Era Sulit
Jakarta - Industri rokok di dalam negeri sedang mengalami masa sulit termasuk risiko penutupan pabrik akibat pasar yang turun. Kasus terbaru seperti ditutupnya pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menjadi contoh nyata.

"Sebenarnya dari demand (permintaan) rokok di dalam negeri masih cukup tinggi walaupun pasarnya yang menurun tetapi demand-nya masih ada. Hanya saja frekuensi konsumsi sudah mulai berkurang karena masalah kesehatan dan lingkungan. Kalau dibilang industri rokok kita sedang masuki masa sulit," kata Pengamat Pasar Modal dari Trust Securities Reza Priyambada kepada detikFinance, Senin (19/05/2014).

Selain hambatan ekspor di negara-negara tujuan ekspor akibat regulasi yang memperketat penjualan rokok. Juga diperparah dengan kondisi kebijakan pemerintah di dalam negeri yang tidak pro terhadap industri rokok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari internal, perusahaan menghadapi kenaikan biaya produksi, cukai, dan penetapan kebijakan upah," imbuhnya.

Kondisi makin tidak kondusifnya industri rokok di Indonesia, dibarengi dengan munculnya fenomena akuisisi perusahaan-perusahaan rokok lokal oleh perusahaan asing. Reza menyebut sudah ada dua perusahaan yang dibeli oleh pemodal baru.

"Ada dua perusahaan rokok lokal yaitu akuisisi saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk oleh PT British American Tobacco tahun 2009 dan PT HM Sampoerna Tbk, Philip Morris Limited (PML) tahun 2005," katanya.

Menurut Reza, investor asing justru melihat masih ada peluang pemasaran dan keuntungan yang didapat dari penjualan produk rokok di dalam negeri.

Perusahaan rokok asing dan multinasional masih ingin mengembangkan pasarnya di Indonesia yang masih memiliki potensi dengan nilai cukai yang relatif tidak begitu tinggi dibandingkan negara-negara lain. Sementara pasar rokok di negara maju semakin berkurang dengan nilai cukai yang sangat tinggi.

"Perusahaan asing melihat dan rata-rata ingin menjaga pasar mereka bahkan pasar mereka ingin diperbesar. Pangsa pasar di Indonesia itu tidak seketat negara lain," imbuhnya.

Selain Bentoel dan Sampoerna, Reza juga menyebut perusahaan rokok asing lain mulai melirik salah satu industri rokok terbesar di Indonesia yaitu Wismilak. "Perusahaan rokok Jepang melirik dan ingin memiliki Wismilak," katanya.

(wij/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads