Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Susiwijono Moegiarso menyatakan, sejak 10 tahun yang lalu, setoran cukai dari rokok jenis SKT menurun.
"Sebenarnya itu bagi kita kondisi yang tidak bisa kita hindari. Trennya 10 tahun seperti itu. Sejak 10 tahun harusnya orang bisa memprediksi. Kretek tangan itu tanpa filter itu, Sampoerna Hijau, Dji Sam Soe, Gudang Garam Merah, itu konsumsinya turun terus," ungkapnya di Lapangan Banteng Timur, Jakarta, Selasa (20/5/2014)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat sadar kesehatan. Mengurangi yang kretek, ke filter, kemudian mild. Apa pun itu, terjadi perubahan pola konsumsi. Begitu terjadi perubahan pola konsumsi, pasti pola produksi berubah. Karena produksi mengikuti permintaan konsumen," jelasnya.
Meski setoran dari rokok kretek menurun, akan tetapi dari rokok jenis lainnya tetap tumbuh. Bahkan peertumbuhannya cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir.
"SKT turun dan SKM (sigaret kretek mesin) naik, udah pasti SKT pelan-pelan ditutup pabriknya, karena memang tidak ada konsumennya. jadi sebenarnya kalau kita lihat tren kemarin itu, kami menghitung 2014 ini volume untuk rokok masih akan sangat tinggi," papar Susiwijono.
Tahun 2013, ditargetkan produksi rokok mencapai 340 miliar batang. Namun realisasinya mampu menembus Rp 341,9 miliar batang. Tahun 2014 ditargetkan pada Rp 360 miliar batang.
"Saya perkirakan lebih dari itu. Jadi kenaikannya akan sangat tinggi," tukasnya.
(mkl/dnl)