Membandingkan Kawasan Ekonomi Khusus RI, Malaysia, dan Tiongkok

Membandingkan Kawasan Ekonomi Khusus RI, Malaysia, dan Tiongkok

- detikFinance
Senin, 23 Jun 2014 08:31 WIB
Jakarta - Indonesia memiliki beberapa kawasan ekonomi khusus (KEK), salah satunya Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kawasan seperti ini tak hanya ada di Indonesia. Negara-negara lain seperti Tiongkok dan Malaysia memiliki kawasan terpusat yang di dalamnya terdapat aktivitas ekonomi, industri, perdagangan, dan sebagainya.

Tujuan adanya kawasan ekonomi seperti ini adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan industri, menambah penerimaan negara dengan adanya investasi, juga menggerakkan perekonomian khususnya wilayah di sekitar kawasan.

KEK Sei Mangkei baru dilakukan groundbreaking pada pertengahan 2013. Menko Perekonomian saat itu yakni Hatta Rajasa meresmikian kawasan ini didampingi menteri-menteri ekonomi lainnya. KEK Sei Mangkei dibangun khususnya sebagai pusat industri hulu dan hilir kelapa sawit.

Kawasan yang memiiliki luas lahan 2.002 hektar ini dikelilingi perkebunan sawit yang dikelola PTPN III. Total luas lahan yang dikelola BUMN ini mencapai 160.000 hektar. Untuk industri, telah dialokasikan lahan seluas 1.400 hektar. Ditargetkan akan ada paling sedikit 140 industri berinvestasi di lokasi yang jaraknya 4 jam dari kota Medan ini.

Saat ini PT Unilever Oleochemical Indonesia telah menggunakan 18 hektar lahan untuk aktivitas industrinya. Perusahaan ini memproduksi bahan baku sabun berbahan dasar sawit.

Tak hanya Unilever, PTPN III pun sudah mengoperasikan pabrik pengolahan kelapa sawit di kawasan yang terletak di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ini. Juga dikabarkan ada beberapa investor yang akan menyusul di antaranya pabrik pupuk PT Cipta Buana Utama Mandiri, Shimizu Corporation membangun power plant berkapasitas 6 MW menggunakan biomassa, lalu perusahaan Singapura, Energy Uni Resources, membangun pabrik oleochemical dan karet.

Terkait infrastruktur, boleh dibilang KEK Sei Mangkei masih minim. Pasalnya, belum ada sarana transportasi yang cukup untuk menjangkau daerah ini. Beberapa titik ruas jalan menuju kawasan ini berlubang, juga minim penerangan. Kementerian Pekerjaan Umum berjanji akan segera membenahi persoalan ini.

Akses kereta akan segera beroperasi pada Maret 2015. Itu pun hanya 2,9 km, tersambung menuju jalur yang sudah beroperasi sampai Pelabuhan Belawan.

Menko Perekonomian Chairul Tanjung menyebut, KEK Sei Mangkei akan utuh beroperasi, penuh dengan aktivitas industri, serta lengkap dengan infrastrukturnya pada 10 tahun mendatang.

"Kita berharap daya tariknya bisa dibuat sedemikian rupa sehingga para investor nanti bisa berebut masuk. Ini kan kita harus membentuk gadis cantik, kalau dia sudah bisa membuat gadis cantik maka yang akan melamar itu banyak. Gadis cantiknya itu terkait infrastruktur, transportasi, dan lain-lain," tutur pria yang akrab disapa CT ini di KEK Sei Mangkei, pekan lalu.

Dibanding kawasan ekonomi yang dimiliki Malaysia, KEK Sei Mangkei masih tertinggal. Malaysia memiliki kawasan serupa yang diberi nama Iskandar Malaysia. Kawasan ini dibangun pada 2006 dengan total luas lahan 221.634,1 hektar.

Pembangunan Iskandar Malaysia terbagi menjadi 5 zona. Empat zona disebut sebagai Koridor Ekonomi Khusus yang terdiri dari kawasan Nusajaya-Johor Bahru-Pasir Gudang.

Zona A, adalah pengembangan ekonomi di kawasan Johor Bahru yang mencakup distrik finansial, distrik bisnis, dan pengembangan heterogen di Tebrau Plentong, serta perlintasan Malaysia/Singapura.

Zona B adalah pengembangan di Nusajaya, dengan perencanaan negara bagian Johor yang baru mencakup pusat administratif, Medini Iskandar Malaysia, hub pusat kesehatan, kota pintar, resor pariwisata internasional, klaster industri logistik, juga hunian seperti East Ledang, pelabuhan Puteri, Horizon Hills, dan Bukit Indah.

Zona C yang merupakan pengembangan gerbang barat fokus kepada Pelabuhan Tanjung Pelepas, menyediakan alternatif transportasi dari Malaysia ke Singapura, kawasan perdagangan bebas, serta warisan taman dunia RAMSAR dan Tanjung Piai.

Zona D, pengembangan gerbang timur fokus kepada Pelabuhan Pasir Gudang dan kawasan industri, Pelabuhan Langsat Port, Taman Teknologi Tanjung Langsat, dan pusat distribusi regional KimKim.

Pada zona flagship pamungkas, Senai-Skudai, pengembangan difokuskan pada Senai International Airport, hub untuk kargo, pusat multimodal, dan kota MSC Cyberport.

Dengan adanya kawasan ini, Malaysia punya target bisa menarik investor dengan nilai investasi mencapai US$ 100 miliar.

Sedangkan Tiongkok memiliki Pearl River Delta Economic Zone. Rencana pengembangan 2008-2020 ini diluncurkan oleh Komisi Nasional Pengembangan dan Reformasi Tiongkok. Didesain untuk mengebut Pearl River Delta sebagai pusat manufaktur dan industri modern, juga sebagai pusat pengiriman logistik internasional, perdagangan, konferensi, eksibisi, dan pariwisata.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan 2-3 kota dalam kawasan, pengembangan 10 perusahaan multinasional, pengembangan infrastruktur jalan, kereta, pelabuhan, dan kapasitas bandara pada 2020. Kawasan tersebut mencakup 50 km Hong Kong-Shuhai-Jembatan Makau tersambung ke Hong Kong-Macau, dan Pearl River Delta.

Pengembangan infrastruktur mencakup konstruksi jalan tol sepanjang 3.000 km di 2012, dan pengembangan rel kereta 1.099 km pada 2012, dan 2.200 pada 2020.

(zul/hds)

Hide Ads