Target laba ini lebih kecil dari realisasi laba tahun lalu yang mencapai Rp 275 miliar. Namun Direktur Utama Peruri Prasetio menjelaskan, laba tahun lalu terbilang tinggi, sebab dalam kondisi normal, laba Peruri harusnya Rp 160 miliar.
Omzet Peruri akan didukung oleh pesanan cetak uang kertas, logam, dokumen sekuriti (paspor), hingga logam non uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prasetio menerangkan, kinerja keuangan di 2013 tidak bisa dijadikan patokan, karena Peruri pada tahun lalu menerima limpahan pekerjaan tahun 2012 yang tidak selesai. Pasalnya di 2012, Peruri mulai mencetak uang pada pertengahan tahun.
"Sekarang di 2014, kita usulkan perbaikan RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan) untuk laba jadi Rp 200-an miliar, karena tahun 2013 nggak bisa jadi patokan. Dia kinerjanya naik 2 kali lipat," ujarnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha Peruri Atje Muhammad Darjan menjelaskan, Peruri berencana mengguyur Rp 600 miliar untuk kebutuhan belanja modal alias investasi. Investasi ini untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi.
"Investasi Rp 600 miliar. Kurang lebih untuk penguatan core. Butuh penguatan lini uang kertas," ujarnya.
Pada tahun buku 2014, Peruri dan Bank Indonesia (BI) telah menyepakati pencetakan uang kertas sebanyak 7,6 milyar bilyet dan 1,9 juga keping uang logam.
Peruri seperti ditegaskan Atje, masih tetap fokus memenuhi pesananan cetakan uang dalam negeri. Namun bila ada sisa kapasitas lini produksi, maka Peruri menerima pesanan cetakan uang, paspor, hingga pita cukai dari beberapa negara. Atje menilai, potensi pesanan luar negeri untuk produk kertas sekuriti sangat besar.
"Kita kerjakan paspor Srilanka. Kita penjajakan pembuatan dokumen sekuriti dan pita cukai di Nepal. Beberapa negara juga penjajakan seperti Filipina. Timur Tengah juga penjajakan untuk bikin paspor dan uang," katanya.
(feb/dnl)











































