Terkait masalah ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan menceritakan strateginya saat membenahi PG BUMN yang berusia uzur. Saat awal-awal menjabat Menteri BUMN, Dahlan tidak langsung melakukan modernisasi atau revitalisasi pabrik secara fisik.
“Yang saya lakukan adalah perubahan mentalnya dulu karena kalau diberi mesin baru tapi mentalnya tidak berubah. Mesin baru akan hancur juga," kata Dahlan kepada detikFinance di Kementerian BUMN Jakarta, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perubahan mental itu korupsi, permainan spare part, penipuan penanaman, penipuan pemupukan. Itu semua diberantas habis," katanya.
Ia mencontohkan keberhasilan 'revolusi' mental PG BUMN di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero). Pasca revitalisasi manajemen, PTPN VII mampu melakukan inovasi penanaman tebu.
“Seperti PTPN VII sudah bagus sekali. Sekarang irigasinya sudah pakai sistem tornado. Dulu tanamannya dibiarkan sekarang sudah maju sekali,” jelasnya
Perbaikan mental pekerja pabrik terbukti berpengaruh positif terhadap kondisi PG BUMN. Kondisi ini diikuti peningkatan tingkat rendemen alias produktivitas pabrik gula.
Selanjutnya setelah 3-4 tahun pasca perubahan mental, baru dimulai modernisasi dan pembangunan pabrik gula baru.
“Dalam 2 tahun ini manajemen sudah bagus. Karena mau modernisasi, ya tahun depan dimulai. Ya kita serahkan ke menteri dan pemerintahan yang baru tapi landasannya sudah kita siapkan,” jelasnya.
Di tengah beres-beres pabrik, Dahlan mengakui PG BUMN terkena dampak negatif rembesan gula rafinasi (gula industri) impor. Akibatnya harga gula saat ini relatif rendah sehingga mengancam keberlangsungan produksi gula nasional
“Tapi kalau terganggu dengan harga seperti ini dan petani nggak mau tanam tebu. Nanti terganggu lagi produksinya. kita mau meningkatkan produksi dalam negeri tapi petani nggak mau tanam tebu,” tegasnya.
(feb/hen)