"Mahalnya harga avtur di Indonesia bisa mencapai 13% dibanding negara-negara ASEAN lantaran kondisi geografis Indonesia yang tersebar menjadi 62 lokasi dengan kilang minyak terbatas yakni tiga," papar Ketua Inaca, Arif Wibowo dalam konfrensi pers di gedung White Skyaviation, Jakarta, Jumat (5/9/2014).
Terkait dengan pencampuran avtur dengan 2% biofuel, Arif menilainya tidak efektif. Pasalnya infrastruktur di Indonesia belum siap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengurus Inaca, Ismoyo mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada pemerintahan baru di bawah komando presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk memperhatikan masalah mahalnya harga avtur di Indonesia.
"Kami sendiri juga sudah melakukan roadshow. Bahkan sudah menghubungi Tim Transisi untuk menyampaikan permasalahan ini," ungkapnya.
Tidak hanya harga avtur, lanjut Ismoyo, industri penerbangan nasional juga terbebani akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Jika masalah-masalah ini terus terjadi, dikhawatirkan pelaku industri penerbangan akan berguguran.
"Sebagai industri yang menopang perekonomian di Indonesia, kami mengalami banyak tekanan termasuk fluktuasi kurs rupiah. Timbul kehawatiran industri penerbangan Indonesia setop beroperasi karena tidak ada kebijakan yang mendukung. Kami melakukan bisnis ini setiap hari, dengan pukulan-pukulan seperti itu kami harus mencari cara agar industri penerbangan bisa terselamatkan," tuturnya.
(edo/hds)











































