Setelah Inggris, Garuda Siap Terbang ke Jerman dan Italia

Laporan dari London

Setelah Inggris, Garuda Siap Terbang ke Jerman dan Italia

- detikFinance
Jumat, 19 Sep 2014 09:26 WIB
Setelah Inggris, Garuda Siap Terbang ke Jerman dan Italia
London - Pada pertengahan era 1960-an, maskapai Garuda Indonesia pernah berjaya melayani jalur Eropa. Setelah terhenti pada 2003, mulai 8 September lalu, Garuda kembali membuka penerbangan nonstop Jakarta-London via Amsterdam.

Duta Besar RI untuk Inggris dan Irlandia Teuku Hamzah Tayeb meyakini pembukaan rute penerbangan baru ini akan semakin mendorong aktivitas ekonomi, bisnis, sosial, wisata, maupun budaya antara Indonesia dan Inggris. Pembukaan rute Jakarta–London juga akan memudahkan akses bagi penumpang dari wilayah United Kingdom (UK) menuju Indonesia sekaligus menuju kawasan Asia Pasifik.

“Pada 2012, neraca perdagangan Indonesia dan Inggris tercatat sebesar £ 4,4 miliar atau setara US$ 7,2 miliar. Jumlah itu akan dilipatgandakan pada 2015, kita harus kerja keras untuk mewujudkan target tersebut,” kata Hamzah saat menerima rombongan wartawan dari Jakarta di kantor kedutaan, Kamis lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dibanding warga Malaysia dan India yang merupakan bekas koloni Inggris, jumlah WNI di Inggris Raya tercatat hanya sekitar 8.800 orang. Tapi warga Inggris yang ke Indonesia, kata Hamzah, trendnya terus meningkat.

“Sekarang sekitar 290 ribuan orang per tahun,” katanya.

Menurut dia, banyak warga Inggris yang menaruh perhatian besar terhadap Indonesia yang tergabung dalam komunitas Anglo Indonesia. Mereka antara lain mempelajari berbagai kesenian dan kebudayaan hingga kuliner asal Indonesia.

“Di Irlandia juga begitu. Sri Sultan (HB IX) sampai menyumbangkan langsung perangkat gamelan untuk komunitas di sana,” ujar Hamzah.

Setelah ke London, mantan Duta Besar RI di Canberra, Australia itu berharap Garuda segera mengaktifkan kembali penerbangan langsung ke kota-kota utama lainnya di Eropa, seperti Paris (Prancis), Roma dan Milan (Italia), Munich dan Frankfurt (Jerman).

“Saya masih ingat betapa bangganya melihat Garuda oranye sewaktu mendarat di Roma pada pertenahan 1960-an,” kata Hamzah yang ayahnya, Hadi Thayeb, pernah menjadi duta besar di Italia dan Inggris.

Menurut Manajer Humas Garuda M. Ikhsan Rosan, pada pertengahan 1960-an Garuda terbang ke Eropa menggunakan Convair 990A. Jet bermesin empat itu merupakan yang tercanggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan Convair 990A ini pula Garuda membuka penerbangan antar benua dari Jakarta ke Amsterdam melewati Medan, Bombay, Beirut dan Roma.

Setelah membeli Convair pada 1964, dua tahun kemudian Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan Douglas DC-8, dan pesawat turboprop Fokker F27 pada akhir 1960-an.

Hal yang perlu dibenahi sebelum Garuda benar-benar melakukan ekspansi adalah menyempurnakan fasilitas pelayanannya. Sebab dalam penerbangan kedua, Jakarta-London, Rabu pekan lalu, pesawat take-off terlambat 30 menit dari jadwal pukul 00.40. Dari penjelasan Kapten Pilot Bambang Aji Dharma, keterlambatan terjadi karena, “ada masalah pengurusan dokumen penerbangan yang harus dibereskan.”

Saat mendarat di Bandara Gatwick, London keesokan harinya, pesawat Garuda yang dikendalikan Ridwan Alibasyah dari bandara Schiphol, Amsterdam harus menunggu sekitar 15 menit untuk parkir. Sebab landasan parkir masih digunakan pesawat milik maskapai lain.

(alx/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads