Marcomm Director Erajaya Group, Djatmiko Wardoyo salah satu distributor ponsel di Indonesia mengatakan, ada dua sistem pembelian yang dilakukan pihaknya.
Pertama adalah melalui principal di dalam negeri yang menggunakan rupiah. Kedua adalah mengimpor langsung yang pasti bakal terdampak karena transaksinya menggunakan dolar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai sejauh ini kita belum melakukan adjustment. Setahu saya. Kita masih menggunakan harga yang tak ada perubahan," kata Djatmiko kepada detikFinance, Senin (15/12/2014).
Pria yang akrab disapa Koko ini menuturkan, pihaknya kini sedang melakukan kalkulasi, karena menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah tidak terjadi secara mendadak, melainkan berangsur selama 2 bulan terakhir.
Dijelaskan Koko, jika modal yang harus dikeluarkan pihaknya bertambah secara signifikan, maka bukan tidak mungkin harga ponsel yang dijualnya pun bakal terkerek naik.
"Dari orang finance masih ada hitung-hitungannya tuh. Kalau bisa diadjust dalam konteks ternyata modal kita terjadi peningkatan itu sudah tak nutup. Otomatis kita bakal adjust," tuturnya.
Itu pun bisa berlaku pada barang-barang yang tak diimpor langsung, yang dibelinya melalui prinsipal di dalam negeri. "Kalau prinsipalnya meng-adjust, kita juga bakal meng-adjust," katanya.
Koko mengatakan, kenaikan harga ponsel yang signifikan terjadi di tahun 2013, di mana rupiah pun melemah terhadap dolar. "Waktu itu 10% naiknya. Kalau sekarang 10% juga, bisa deg-degan kita," tutupnya.
(zul/ang)











































