Selain Pabrik Gula, di Hutan Jati Blora Tersimpan 'Harta Karun' Tersembunyi

Selain Pabrik Gula, di Hutan Jati Blora Tersimpan 'Harta Karun' Tersembunyi

- detikFinance
Minggu, 21 Des 2014 18:59 WIB
Foto: Suhendra-detikFinance
Jakarta -

Sebelum Kabupaten Blora Jawa Tengah menjadi perbincangan terkait berdirinya pabrik gula (PG) Blora pada Juni 2014 lalu. Kawasan ini sempat menjadi buah bibir soal penemuan fosil gajah purba 'raksasa' berusia ribuan tahun di salah satu goa karst di Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Blora pada 2009 lalu.

Kawasan terpencil yang dipenuhi hutan jati ini diam-diam menyimpan potensi ekonomi dan sumber daya alam yang besar‎. Selain potensi wisata goa-goa karst alam yang jumlahnya sangat banyak, kawasan yang masih dalam rangkaian Pegunungan Kendeng ini sempat dilirik sebagai sumber bahan baku industri semen.

Menurut Sumarsoni, Kepala Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan mengatakan di wilayahnya banyak ditemukan goa-goa alam yang masih 'perawan' alias belum tersentuh pengelolaan untuk kegiatan wisata maupun kegiatan ekonomi lainnya. Rata-rata ‎goa yang ada di sini menjadi sumber mata air abadi bagi kegiatan pertanian di wilayah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini ada Sungai Kedungsobra yang sumber airnya keluar dari goa Sobra, lokasinya dekat dengan PG Blora, kalau musim kemarau, airnya tetap mengalir," kata Soni kepada detikFinance, Sabtu (20/12/2014).

Soni menceritakan soal penemuan mata air Sungai Kedungsobra‎ ini menjadi salah satu alasan pihak PT Gendhis Multi Manis (GMM) mau membangun pabrik gula di kampungnya. Keberadaan sumber air menjadi poin penting bagi keberadaan sebuah pabrik gula. Sungai Kedungsobra juga menyimpan potensi wisata seperti keberadaan air terjun setinggi 7 meter.

"Mata air ini ditemukan sejak pembangunan PG Blora 2010, sejak dibangun pabrik oleh Pak Kamadjaya, sempat menelusuri sumber mata air. Setelah menemukan air baru dibangun pabrik," kata Soni.

Presiden Direktur PT GMM Kamadjaya mengakui potensi sumber daya alam di kawasan sekitar PG Blora sangat besar. Selain banyak sumber air alam, juga kegiatan produksi gula merah di kawasan ini juga cukup besar. Ia berharap kawasan karst di pegunungan Kendeng tak dijadikan sumber bahan baku pabrik semen agar tak rusak ekosistemnya.

Terkait dengan potensi wisata, Soni menambahkan sudah seharusnya pemerintah daerah Kabupaten Blora memperhatikan potensi yang sangat besar ini. Ia mengungkapkan di sekitar PG Blora setidaknya ada kurang lebih 10 goa alam yang belum dimanfaatkan untuk potensi ekonomi daerah.

Soni menambahkan, setidaknya ada beberapa goa alam di wilayahnya antara lain Goa Terawang, Goa Kidang, Goa Bebek, Goa Sendang Pengilon, Goa Sendang Gemblek, Goa Banyu, Goa Lawa, Goa Celeng. Namun dari goa-goa tersebut yang sudah dikelola sebagai kegiatan ekonomi kerakyatan adalah Goa Terawang.

Soni salah satu yang mencoba berpikir kreatif dengan menyewa lokasi Goa Terawang kepada Perum Perhutani untuk dijadikan lokasi hiburan rakyat dan wisata goa. Ia menyulap kawasan itu sebagai tujuan wisatawan lokal dari beberapa kabupaten yang bertetangga dengan Blora.

"Misalnya saat liburan Lebaran ada 14.000 orang yang berkunjung, kalau hari besar tiket masuknya Rp 12.000. Kalau hari biasa hanya Rp 3.000," katanya.

Selain, potensi Sungai Kedungsobra dengan mata air, goa alam dan air terjunnya. Di Kawasan ini juga terdapat Goa Kidang yang sempat tersohor karena temuan fosil gajah purba. Untuk mencapai goa ini, menurut Soni butuh jalan kaki 30 menit dari lokasi PG Blora, dengan memasuki kawasan hutan jati.

"Fosilnya ditemukan di dalam tanah di dalam goa. Banyak juga ditemukan fosil manusia," kata Soni.‎

(hen/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads