Usai rapat, Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, terlambat bagi Indonesia untuk mengembangkan mobnas saat ini. Namun, Jokowi berharap mobil Esemka bisa dikembangkan untuk angkutan pedesaan atau perkebunan.
Rapat di Istana sore ini dilakukan Jokowi dengan Sofyan Djalil dan Menteri Perindustrian Saleh Husin. Ada juga perwakilan dari Esemka yang datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau menyaingi otomotif dunia, nggak mungkin karena kita datang terlambat sekali," cetus Sofyan.
Sementara soal hadirnya Esemka dalam rapat itu, baru sekadar pembicaraan awal saja. Pihak Esemka mengatakan, butuh modal awal Rp 100 miliar untuk mengembangkan produknya tersebut.
Namun menurut Sofyan, Esemka bisa menjadi kebanggaan sendiri bagi Indonesia. Menurutnya, Esemka dikerjakan oleh putera-putera Indonesia. Bila Esemka bisa produksi mobil 400 unit per bulan, menurut Sofyan, hal itu sudah luar biasa.
"Oleh sebab itu nggak perlu khawatir juga industri raksasa itu. Kita tidak akan mungkin menyaingi industri otomotif raksasa," jelas Sofyan.
Bahkan, Indonesia sudah terlambat meniru Malaysia yang bisa membuat Proton dan menantang industri otomotif raksasa dunia. Alasannya, Malaysia memulai industri mobnasnya sejak 1980-an. Demikian juga dengan Korea Selatan yang memulainya pada 1970-1980-an.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin. Dia mengatakan, Esemka merupakan salah satu contoh untuk mengembangkan industri otomotif dalam negeri berskala kecil.
"Tentu akan dilakukan kajian maupun detil oleh Menteri Dikti, Ristek, dan Kemenperin. Dibuat semacam roadmap. Sehingga kebutuhan di perkebunan dam di pertambangan itu dipasok dari dalam negeri sendiri," jelas Saleh.
(dnl/hen)