Perusahaan pertama yang ditinjau Franky adalah pabrik baru PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia (SAMI) di Mayung, Kabupaten Jepara. Di pabrik yang baru beroperasi bulan April 2015 lalu itu kini sudah bisa memperkerjakan 2.654 orang. Rencananya perluasan akan dilakukan dan pekerja yang bisa ditampung nantinya berjumlah 4.000 orang
PT SAMI sendiri sudah memiliki tiga pabrik yaitu di daerah Tugu Kota Semarang dengan jumlah pekerja 3.135 orang kemudian di Bergas Kabupaten Semarang dengan jumlah pekerja 659 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PT SAMI merupakan perusahaan PMA asal Jepang yang bergerak di bidang suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Jenis produknya yaitu Wiring Harness Assy atau rakitan kabel otomotif yang biasa digunakan mobil-mobil terkenal.
Presedir PT SAMI, Masafumi Kurita pendirian pabrik di Jepara juga melihat adanya peluang membuka tenaga kerja yang besar terutama untuk wanita karena kebanyakan kaum pria sudah bekerja di industri khas Jepara seperti kerajinan ukir kayu. Ia juga menilai pekerja di pabrik barunya itu cukup teliti.
"Jepara itu karyawannya jujur, sopan. Kaum prianya di main industri seperti ukir. Lapangan tenaga kerja wanita sangat terbuka di Jepara karena kami juga butuh ketelatenan," ujar Kurita.
Β
Memang di pabrik PT SAMI tersebut hampir semua pekerja di ruang produksi adalah perempuan. Mereka tidak hanya dari Kabupaten Jepara, namun dari kabupaten Kudus dan Demak juga.
Franky kemudian melanjutkan junjungan ke PT Sumber Samudera Indonesia (PT SSI) di kawasan industri Terboyo, Kota Semarang. Perusahaan PMA asal Republik Rakyat Tiongkok dan berjalan di bidang industri pengolahan dan pengawetan ikan.
Menurut Franky berdasarkan data yang diterimanya, PT SSI mampu menyerap 300 tenaga kerja langsung dan menyerap 1.200 pekerja tidak langsung seperti halnya penambak udang dan nelayan yang mencari ikan untuk pabrik.
"Berdasarkan analisis BKPM, penyerapan tenaga kerja langsung sebuah proyek investasi akan dapat menciptakan lapangan tenaga kerja tidak langsung empat kali lipat. Ini menggembirakan karena dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat," tandas Franky.
Saat ini proses produksi berupa udang yang diambil dari penambak udang setempat sebesar 18 ribu ton per tahun dan ikan Tuna juga 18 ribu ton per tahun. PT SSI memang fokus untuk produk yang diekspor antara lain ke RRT, Singapura, Malaysia, Eropa, Vietnam dan lainnya.
"Dampak ekonomi juga akan diterima negara melalui penerimaan devisa karena seluruh produk yang dihasilkan PT SSI diperuntukkan untuk ekspor dengan nilai US$ 12 juta per tahun," terangnya.
PT SSI saat ini sedang membangun pabrik baru yaitu untuk freezing dan pengalengan tidak jauh dari pabrik pertama. Direncanakan tenaga kerja yang diserap sekitar 550 sampai 600 orang dan itu semua orang-orang lokal.
"Tempat bagus, warga di sini bagus, pekerja gampang dicari dan dididik, Yang jadi masalah itu infrstruktur," kata Agus Sumartio selaku Direktur PT SSI.
"Tenaga kerja lokal itu 550-600. Tenaga asing tidak mau lebih dari 15 orang, paling hanya untuk tenaga teknis mesin yang kita belum paham. Kalau kita sudah mengerti ya ganti. Memang ada beberapa kepala itu orang asing, kita dampingi asisten," imbuh sekertaris PT SSI, Hendra Suriadinata.
Dalam kunjungannya, Franky sempat ditemani Bupati Jepara, Ahmad Marzuqi sedangkan saat tiba di Semarang, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala BPMD Prov Jateng Sujarwanto Dwiatmoko ikut mendampingi.
Sujarwanto mengatakan iklim ketenangan pekerja di Jawa Tengah memang cukup diakui, salah satu contoh saat Mayday tidak ada karyawan yang berdemo kepada perusahaannya.
"Istilah pak Gubernur, Jateng itu seksi, punya keunggulan kenyamanan. Dijamin iklim ketenangan ada. Contohnya Mayday kemarin, karyawan tidak ada yang demo di perusahaan. tenaga Kerja Jateng itu kerjanya tekun, jujur, tidak berontak, dengan sikap sepeti itu perusahaan nyaman," pungkas Sujarwanto.
(alg/hen)