PT SSI merupakan perusahaan PMA asal China yang berada di kawasan industri Terboyo Semarang dengan bidang usaha industri pengolahan dan pengawetan ikan. Perusahaan ini termasuk yang kena dampak positif adanya pemberantasan illegal fishing oleh Menteri Susi Pudjiastuti, khususnya soal pasokan ikan yang kini berlimpah.
PT SSI berencana berinvestasi US$ 1,5 juta dengan kapasitas produksi 12.000 ton surimi atau pasta ikan. Produksinya diekspor ke berbagai negara seperti China, Singapura, Vietnam, Eropa, dan lainnya. Meski demikian pihak perusahaan menekankan pekerjanya agar berasal dari warga lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi ekspor 150 ton per hari, tapi 60% yang bisa diekspor, kalau bagus semua ya sekitar 80 ton," kata Sekretaris Perusahaan PT SSI, Hendra Suriadinata disela-sela kunjungan Kepala BKPM Franky Sibarani, di lokasi, Senin (22/6/2015).
PT SSI juga menjalin kemitraan dengan nelayan dan pemilik tambak dengan membeli hasil nelayan. Dalam kemitraan tersebut, PT SSI memesan kepada nelayan atau penambak ukuran ikan yang akan mereka beli.
Terkait gencarnya penindakan illegal fishing di Indonesia saat ini, lanjut Hendra, memang mulai berdampak pada ketersediaan ikan laut dan harga bagus bagi industri.
"Dampaknya malah bagus, ikan-ikan jadi 'menganggur' tidak diambili ke luar. Harga lama-lama menguat, tapi itu yang menentukan pembeli," terang Hendra.
Sementara itu Franky Sibarani mengatakan dampak ekonomi bisa dirasakan masyarakat dari keberadaan investasi PT SSI. Selain tenaga kerja yaitu dari bahan baku antara lain udang 18 ribu ton per tahun dan ikan Tuna juga 18 ribu ton per tahun yang diambil dari penambak dan nelayan lokal.
"Dampak ekonomi juga diterima negara melalui penerimaan devisa karena seluruh produk yang dihasilkan PT SSI diperuntukkan untuk ekspor dengan nilai US$ 12 juta per tahun," terang Franky.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang juga ikut mendampingi Franky mengatakan pihaknya bertemu dengan direktur PT SSI, Agus Sumartio saat berkunjung ke Tiongkok. Menurutnya usaha Agus bagai gayung bersambut dengan pemberantasan illegal fishing.
"Dengan mengusir illegal fishing, potensinya jadi tinggi, harus ada industri yang mengolah. Ini ketemu jodoh, ternyata mereka sudah ekspor sampai Eropa," pungkas Ganjar.
"Punya kita itu ada udang Tiger yang ternyata hanya ada di Indonesia kemudian Gurita, ternyata harganya mahal sekali," imbuhnya.
Saat ini PT SSI sedang membangun pabrik pengalengan ikan di lokasi yang tidak terlalu jauh dari pabrik pertama yang sudah ada sejak lebih dari 20 tahun. Nantinya pabrik baru akan bisa menyerap 600 pekerja lokal.
"Kami tidak ada masalah dan sekarang permintaan tinggi, kita bikin pabrik yang tiga kali lipat dari yang sudah ada," tandas Hendra.
"Tenaga kerja lokal itu 550-600. Tenaga asing tidak mau lebih dari 15 orang, paling hanya untuk tenaga teknis mesin yang kita belum paham. Kalau kita sudah mengerti ya ganti. Memang ada beberapa kepala itu orang asing, kita dampingi asisten," tandasnya.
(alg/hen)