Kualitas Ekskavator Pindad Tak Kalah dengan Buatan Korea

Kualitas Ekskavator Pindad Tak Kalah dengan Buatan Korea

Dana Aditiasari - detikFinance
Sabtu, 27 Jun 2015 19:20 WIB
Bandung - PT Pindad (Persero) siap memproduksi ekskavator sebanyak 100 unit per tahun. Bahkan alat berat yang diberi nama Pindad Excava 200 ini harga dan kualitas tak kalah dibandingkan produk serupa buatan Korea Selatan hingga Amerika Serikat (AS).

Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengatakan, harga ekskavator Pindad tersebut berkisar US$ 90.000-US$ 110.000 per unit, atau berkisar Rp 1,17-Rp 1,43 miliar. Pihaknya telah melakukan survei dengan kisaran tersebut, Pindad Excava 200 bersaing ketat dengan produk dari Korea yakni Hyundai R210LC-9 yang dibanderol US$ 90.000, dan Doosan DX225LCA seharga US$ 105.000 juga Kobelco SK 200-8 seharga US$ 108.000.

Harga Pindad Excava 200 unggul bersaing dengan Caterpilar 320D produksi Amerika Serikat yang dibandrol US$ 125.000, Komatsu PC 200-8 produksi Jepang senilai US$ 119.000, dan Hitachi Z Axis 200 senilai US$ 114.000.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harga kita US$ 90-110 ribu itu menggunakan bench mark dari Korea. Masa kita kalah dari Korea," kata Silmy di Kantor Pindad, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/6/2015).

Menteri BUMN Rini Soemarno juga telah menandatangani dukungan pembuatan tahap awal sebanyak 100 unit ekskavator buatan Pindad yang akan digunakan untuk berbagai keperluan oleh BUMN karya.

"Di luar BUMN kita juga buka penjualan untuk retail di luar BUMN. Cukup datang ke PT Pindad. Nanti akan kita launching setelah ada ketetapan harga. Pokoknya kita berani diadu," tegas Silmy.

Ia menambahkan, alasan yang kuat mengapa perusahaan yang di pimpinnya masuk ke bisnis alat berat. Alasan paling mendasar adalah perusahaan ini harus melakukan riset dan pengembangan produk pertahanan seperti senjata dan kendaraan tempur.

Untuk bisa melakukan hal tersebut, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit. "Selama ini kita mendanai program riset dan pengembangan dengan mengandalkan dana pemerintah. Tapi tidak mungkin selamanya kita membebani pemerintah sehingga kita butuh sumber pendanaan yang lebih mandiri," ujar dia.

Untuk itu, Ia mengaku, Pindad perlu menggarap pasar yang sifatnya komersial dengan harapan bisa menggalang laba yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pendanaan mandiri dalam melakukan program riset dan pengembangan.

Saat ini, kata dia, pasar alat berat di tanah air sangat besar mencapai 7947 unit. "Kita ambil bagian 10% saja, itu cukup untuk mendongkrak kinerja kami. Pertama 700-an unit,โ€Ž kecil dulu lah dibandingkan dengan kebutuhan. Tapi artinya bagi perusahaan dan negara sangat besar," kata dia.

Alasan ke dua yang tak kalah penting adalah teknologi pembuatan ekskavator telah dikuasai perusahaan dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan produk lainnya.

"Kami menguasai taknologi pembuatan hidrolik dan pembuatan krain untuk membuat lengan ekskavator. Untuk rangka utama dan sistem penggerak juga kami menguasai karena kami berpengalaman membuar kendaraan tempur tank," sebutnya.

Ketiga, adanya dukungan dari pemerintah. "Pembuatan ekskavator ini adalah inisiasi Menteri PUPR, Menteri Perindustrian dan didukung oleh menteri BUMN. โ€ŽMenteri PUPR minta di tanggal 18 maret untuk produksi 100 unit/tahun. Pertama beliau minta tolong dong dibuatkan Prototype 1 unit selesai Juni. Pembuatan prototype tepat waktu 1 unit di bulan juni," papar dia.
โ€Ž
Menurutnya, ketiga alasan utama inilah yang mendasari pihaknya berani terjun ke industri alat berat.

"Saya bilang, kalau kita mandiri, duitnya nggak akan ke mana-mana. Buat apa kita menghidupi pabrik luar negeri dengan beli barang mereka kalau kita bisa produksi sendiri dan menghidupi pabrik di negeri sendiri," simpul dia.

(dna/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads