Pasir timah yang diselundupkan, nantinya akan dimurnikan menjadi biji timah atau timah murni. Di antara pasir-pasir tersebut terdapat tanah jarang, atau rare earth yang ternyata punya nilai jual yang tinggi.
PT Timah Tbk, BUMN penambang timah di Indonesia βsering mendapati tanah jarang, kala pihaknya mengeksplorasi timah-timah di Babel. Tanah jarang tersebut bisa berupa bebatuan atau pasir yang disebut monazite.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, proses penambangan timah dilakukan pertama kali menghasilkan pasir atau biji timah. Melewati proses pemurnian, tak semua pasir tersebut adalah pasir timah, beberapa di antaranya adalah tanah jarang tadi.
"Jumlahnya bervariasi, tak bisa ditentukan. Ada juga saat menambang, tak ada sama sekali (rare earth)," katanya.
Monazite tersebut mengandung uranium, helium, dan silikon yang mana bisa digunakan salah satunya untuk membuat partikel nuklir.
PT Timah, lanjut Sukrisno, memiliki bunker yang khusus untuk menyimpan monazite hasil eksplorasi timah. Monazite atau tanah jarang tersebut βdisimpan di dalam bunker karena mengandung radioaktif yang cukup berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, zat tersebut bisa digunakan sebagai partikel nuklir.
"Itu mengandung thorium, uranium, untuk PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) bisa. Jadi memang potensinya cukup banyak dan prospektif," βkatanya.
Simak bahasan lanjutan soal tanah jarang di detikFinance.
(zul/dnl)











































