Mengapa Sriwijaya Air Belum Tertarik Beli Airbus?

Laporan dari Seattle

Mengapa Sriwijaya Air Belum Tertarik Beli Airbus?

Arifin Asydhad - detikFinance
Jumat, 21 Agu 2015 07:58 WIB
Foto Pesawat Boeing Baru Sriwijaya Air (Arifin-detikFinance)
Seattle - Sejak berdiri 10 November 2013, maskapai Sriwijaya Air selalu menggunakan armada dari Boeing. Tahun ini Sriwijaya Air juga membeli 22 pesawat baru Boeing. Mengapa Sriwijaya belum tertarik membeli pesawat Airbus?

"Saat ini kami belum tertarik untuk membeli Airbus. Memang banyak pabrik pesawat yang mendekati kami, tapi untuk saat ini kami akan menggunakan Boeing," kata Presdir Sriwijaya Air, Chandra Lie, dalam jumpa pers di Hotel Hyatt Regency Bellevue, Seattle, Rabu (19/8/2015) malam dalam rangka menyambut penyerahan 2 pesawat Boeing 737-900 ER.

Menurut Chandra, sejak berdiri hingga sekarang, Sriwijaya sudah teruji dengan penerbangan menggunakan pesawat Boeing. Dari mulai Boeing 737-200, kemudian Boeing 737-300, 737-400, 737-500, dan 737-800 NG. "Ini merupakan investasi yang kami lakukan, dari awal menggunakan Boeing, sehingga biaya akan lebih efisien," kata Chandra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Pengembangan Bisnis Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menambahkan dengan pembelian pesawat Boeing, perusahaan bisa melakukan penghematan biaya dan memudahkan dalam pembuatan perencanaan dalam memperkuat safety.

"Jadi kami sudah memiliki track record yang baik dengan Boeing selama ini. Jadi nilai strategisnya bisa memperkuat penghematan biaya dan membantu planning dalam memperkuat safety kita," ujar Jefferson.

Seperti diberitakan pada ajang Paris Airshow Juni 2015, Sriwijaya Air menandatangani pembelian 2 pesawat Boeing 737-900 ER dan 20 pesawat Boeing 737-Max 8. Dua pesawat B 737-900 ER akan diserahterimakan pada Kamis, 20 Agustus 2015, sedangkan 20 pesawat B 737-Max D baru akan diproduksi pada 2017.

Pesawat R 80

Meski tidak tertarik dengan Airbus, Sriwijaya Air malah tertarik dengan pesawat R 80 produk Indonesia yang akan diproduksi PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan Ilham Habibie. Pesawat berpenumpang 90 orang ini didesain oleh pakar pesawat terbang Indonesia Prof BJ Habibie.

Saat disinggung komitmennya dalam memesan pesawat R 80, Chandra Lie, menyatakan komitmen itu tetap ada.

"Kami terus menjalin komunikasi dengan PT RAI, rencananya baru akan diproduksi 2018. Kami berkomitmen memesan pesawat R 80 sebagai bagian dari upaya memajukan industri penerbangan di Indonesia," kata Chandra.

Menurut Chandra, insinyur-insinyur Indonesia merupakan orang-orang pandai, termasuk dalam membuat pesawat terbang. Di Boeing dan juga perusahaan pesawat asing lainnya, selalu ada insinyur Indonesia. "Kalau mereka mau pulang ke Indonesia dan mau membangun industri pesawat terbang, kami harus mendukung," tegas Chandra.

(asy/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads