Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) tak kunjung dapat dibendung oleh mata uang di banyak negara, khususnya negara berkembang. Rupiah juga menjadi salah satu korbannya. Dolar sekarang sudah melewati level Rp 14.600.
Level tersebut sudah jauh melewati asumsi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 yang dipatok sebesar Rp 12.500.
Para pengusaha tekstil yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia (API) mengaku masih aman dengan pegerakan nilai tukar tersebut. Karena dampak pelemahan masih bisa diredam dengan berbagai strategi oleh perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat kondisi ekonomi global, penguatan dolar AS masih akan terus berlanjut dan membuat rupiah melemah. Ini merupakan dampak dari keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang menahan suku bunga acuan yang berakibat memperpanjang masa ketidakpastian di pasar keuangan.
Ade menambahkan, sejak awal tahun lalu, kondisi ini sudah diperhitungkan dengan matang. Bahkan batas dolar yang dipatok dan dianggap sebagai rawan bagi industri adalah Rp 18.000
"Kita kalau mentok itu dihitung sampai Rp 18.000 sebagai proyeksi yang ditentukan sejak awal tahun. Itulah batas toleransi," tegas Ade.
Bila melewati batas Rp 18.000, maka produk yang dihasilkan sudah tidak berdaya saing lagi, karena harga menjadi lebih mahal. Apalagi dengan kondisi hulu dan hilir di industri tekstil masih belum harmonis. Beberapa kebijakan masih menghambat seperti tarif listrik, bea masuk untuk bahan baku dan lainnya.
"Kalau sudah terlanjur ya kita terlanjur banyak yang akan mengurangi jumlah jam kerja. Kalau Rp 18.000 sudah jangan harap lagi. Dampaknya akan lebih besar, PHK akan masif," tukasnya.
(mkl/feb)











































