Selain PHK, Industri Tekstil Rumahkan 30.000 Karyawan

Selain PHK, Industri Tekstil Rumahkan 30.000 Karyawan

Lani Pujiastuti - detikFinance
Kamis, 01 Okt 2015 15:35 WIB
Selain PHK, Industri Tekstil Rumahkan 30.000 Karyawan
Jakarta - Kalangan pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) juga merumahkan ribuan karyawan mereka di tengah kondisi ekonomi yang melemah. Dari 2,5 juta pekerja sektor ini, bahkan 36.000 sudah kena PHK karena turunnya penjualan di dalam negeri hingga 50% hingga bahan baku naik karena dolar AS.

"PHK TPT lebaran sudah 6.000 dirumahkan. Sampai saat ini 30.000 se-Indonesia dirumahkan. Itu yang lapor 18 perusahaan. Banyak lagi yang belum lapor. Kalau data Kemenaker sektor garmen dan tekstil salah satu PHK terbesar, itu laporan ke kita beda. Laporan ke kita sekitar 30.000 orang dirumahkan," kata Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy.

Hal ini disampaikan Ernovian saat ditemui usai Pertemuan Tindak Lanjut Pengadaan Kapas Nasional dan Pusat Logistik Nasional di Kantor Pusat API Graha Surveyor Indonesia Lantai 16, Jalan Gatot Subroto, Kav 56, Jakarta, Kamis (1/10/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, pemerintah harus fokus membantu industri TPT misalnya diskon tarif listrik. Menurutnya bila tak ada bantuan pemerintah maka perlahan industri TPT akan banyak yang tutup.

"Industri tekstil secara total yang tutup ada, yang bangun baru ada. Kondisi saat ini, pelemahan rupiah, bahan baku mahal akibatnya mati pasar lokal, itu hancur. Kita harus kuatkan. Bahan baku itu cost-nya 60% ke biaya," katanya.

Ia mengatakan, kalangan industri yang merumahkan karyawan karena pertimbangan biaya yang lebih murah daripada PHK.
Β 
"Kalau PHK itu lebih mahal biayanya, jadi banyak yang memilih merumahkan pegawai sementara. Kalau PHK, kita harus bayar semua sesuai aturan yaitu pesangon, masa penghargan dan kesehatan. Dirumahkan lebih murah biayanya. Nggak ada uang makan dan transport," katanya.

Ernov mengatakan, selain naiknya bahan baku dan lemahnya penjualan, faktor penurunan ekspor pun menjadi pertimbangan dunia usaha merumahkan hingga PHK karyawan.

"Kita ekspor US$ 13 miliar udah ngos-ngosan. Ekspor kita tahun-tahun belakangan nggak naik," katanya.

(hen/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads