"PHK TPT lebaran sudah 6.000 dirumahkan. Sampai saat ini 30.000 se-Indonesia dirumahkan. Itu yang lapor 18 perusahaan. Banyak lagi yang belum lapor. Kalau data Kemenaker sektor garmen dan tekstil salah satu PHK terbesar, itu laporan ke kita beda. Laporan ke kita sekitar 30.000 orang dirumahkan," kata Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy.
Hal ini disampaikan Ernovian saat ditemui usai Pertemuan Tindak Lanjut Pengadaan Kapas Nasional dan Pusat Logistik Nasional di Kantor Pusat API Graha Surveyor Indonesia Lantai 16, Jalan Gatot Subroto, Kav 56, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Industri tekstil secara total yang tutup ada, yang bangun baru ada. Kondisi saat ini, pelemahan rupiah, bahan baku mahal akibatnya mati pasar lokal, itu hancur. Kita harus kuatkan. Bahan baku itu cost-nya 60% ke biaya," katanya.
Ia mengatakan, kalangan industri yang merumahkan karyawan karena pertimbangan biaya yang lebih murah daripada PHK.
Β
"Kalau PHK itu lebih mahal biayanya, jadi banyak yang memilih merumahkan pegawai sementara. Kalau PHK, kita harus bayar semua sesuai aturan yaitu pesangon, masa penghargan dan kesehatan. Dirumahkan lebih murah biayanya. Nggak ada uang makan dan transport," katanya.
Ernov mengatakan, selain naiknya bahan baku dan lemahnya penjualan, faktor penurunan ekspor pun menjadi pertimbangan dunia usaha merumahkan hingga PHK karyawan.
"Kita ekspor US$ 13 miliar udah ngos-ngosan. Ekspor kita tahun-tahun belakangan nggak naik," katanya.
(hen/rrd)











































