Mau Sekolah Bikin Sepatu? Ini Tempatnya

Mau Sekolah Bikin Sepatu? Ini Tempatnya

Lani Pujiastuti - detikFinance
Kamis, 08 Okt 2015 17:45 WIB
Mau Sekolah Bikin Sepatu? Ini Tempatnya
(asep/detikhot)
Jakarta -

Ingin punya kemampuan andal dan punya keterampilan khusus di bidang industri tekstil, sepatu, bahan kimia, hingga kelistrikan? Kementerian Perindustrian (Kemenperin) punya sekolah-sekolah binaan dan fasilitas beasiswa, termasuk Akademi Teknik Kulit (ATK) Yogyakarta, yang mengajar proses pembuatan sepatu.

"Ada banyak politeknik di bawah binaan Kemenperin yang mendidik tenaga handal untuk disalurkan memenuhi kebutuhan industri. Mulai dari industri tekstil, analis bahan kimia, sepatu, hingga engineering," ungkap Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar di acara Forum Diskusi HIPMI di HIPMI Centre, Menara Bidakara 2, Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Haris menjelaskan, Politeknik dengan jenjang pendidikan D3 dan D4 di bawah binaan Kemenperin ini mendidik para lulusan SMA maupun SMK untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di sektor industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya yaitu Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI). Para lulusan STMI ini salah satunya akan diarahkan menjadi tenaga penyuluh lapang mendampingi IKM (Industri Kecil Menengah).

"Kami punya Politeknik mengenai manajemen industri yaitu STMI di Cempaka Putih. Sekolah ini dan lainnya yang semula kedinasan, sekarang berubah menjadi politeknik di bawah binaan Kemenperin," jelasnya.

Haris melanjutkan, Kemenperin punya binaan yaitu Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) di Bandung dan Akademi Teknik Kulit (ATK) di Yogyakarta. Lokasinya di Jalan Ringroad Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta 55188 Telp : (0274) 383727

"AKT itu satu-satunya di politeknik di Indonesia yang khusus mendidik tenaga kerja di industri berbahan baku kulit. Khusus sepatu, langsung terserap di industri dan ada bantuan kerja sama dari Italia," tambahnya.

Para alumninya akan mendapat Sertifikat Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di tiap sektornya. Sekolah-sekolah ini semula mendidik calon-calon birokrat yang duduk di dinas namun mulai berubah misi.

"Melihat demand tenaga kerja di berbagai sektor industri, Kemenaker tidak akan bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan industri. Kemenperin kemudian ikut menyediakan tenaga kerja. Saat ini porsinya kami mendidik aparatur 20% dan 80% industri," katanya.

Haris menceritakan, di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kemenperin di Bandung, dididik ribuan tenaga kerja dengan spesifikasi keahlian engineering.

"Kami punya pusat pendidikan las di B4T Bandung. Tenaga kerjanya kami didik betul ada grade-gradenya. Tidak untuk jadi teknisi biasa, bahkan sampai level ahli. Dari beberapa negara termasuk Malaysia bahkan meminta tenaga kerjanya dididik di situ," tambahnya.

Menurut Haris, menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) butuh lebih banyak lagi lulusan setingkat SMA untuk dididik menjadi tenaga kerja di berbagai sektor industri.

"Menghadapi MEA, kita harus punya bekal. Tenaga kerja harus dididik supaya trampil dan ahli di bidangnya. Apalagi tenaga kerja luar negeri mau banyak masuk," ujarnya.

Selain menjadi tenaga kerja, Kemenperin mulai mengarahkan agar para lulusan bisa menjadi wirausaha. Kemenperin juga membuka kesempatan beasiswa kepada para mahasiswa di politeknik tersebut.

"Setiap tahun Kemenperin menyalurkan beasiswa sekitar 100-300 orang. Jumlahnya akan kami tingkatkan. Satu sekolah 30-60 Orang. Orang-orang yang kami didik adalah anak-anak potensial dari daerah tertinggal dan ada rekomendasi di Disperindag setempat," pungkasnya.


Berikut daftarnya:



  • Akademi Teknik Kulit (ATK) Yogyakarta
  • Akademi Kimia Analis (AKA) Bogor
  • Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta
  • Akademi Teknologi Industri (ATI) Padang
  • Akademi Teknik Industri (Makassar)
  • Pendidikan Teknologi Kimia (PTKI) Medan
  • Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (ST3)
  • Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) Jakarta
(hen/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads