Kemenperin: Industri Baja Ada, Tapi Belum Bisa Bikin Rel

Kemenperin: Industri Baja Ada, Tapi Belum Bisa Bikin Rel

Dana Aditiasari - detikFinance
Rabu, 25 Nov 2015 11:51 WIB
Kemenperin: Industri Baja Ada, Tapi Belum Bisa Bikin Rel
Jakarta -

Dewasa ini banyak bermunculan moda transportasi baru yang juga berbasis rel seperti kereta cepat, kereta rel tunggal alias monorail hingga kereta ringan (LRT/Light Rail Transit).

Sejalan dengan perkembangan tersebut, dibutuhkan lebih banyak industri yang memproduksi komponen-komponen perkerta apian untuk menunjang keberadaan moda transportasi ini.

Untuk itu, Kementerin Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika menggelar serangkaian acara seminar berjudul Seminar nasionl Industri Penunjang Perkeretaapian di Crown β€ŽHotel, Jakarta, Rabu (25/11/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seminar ini mengulas berbagai peluang pembukaan industri baru sektor produksi komponen sejalan dengan perkembangan industri perkereta apian yang kian berkembang baik dari jenis moda transportasinya hingga teknologi yang digunakannya.

"Jadi tidak hanya rel, gerbong, dan keretanya saja yang diproduksi, tapi banyak komponen penunjangnnya. Hampir seluruh industri dapat menunjang kereta api. Industri ini yang harus di identifikasi oleh kita dimana potensi pasar yang besar," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan dalam sambutannya pada seminar tersebut.

Putu mengidentifikasi, ada sejumlah industri yang sudah dimiliki Indonesia dan bisa ditingkatkan kapasitasnya untuk menunjang sektor perkeretaapian. Contohnya, lanjut dia, adalah Industri baja untuk membuat rel kereta api.

"Industri baja kita ada. Tapi untuk membuat rel belum ada yang memikirkan dan belum bisa bikin. Karena tidak ada identifikasi itu. Jika sudah di lakukan identifikasi, pasti buat rel kita bisa," paparnya.

Lalu, ada Industri permesinan. Mesin juga memiliki berbagai jenis. Jika ini di identifikasi maka banyak industri penunjang permesinan untuk kereta yang bisa dikembangkan.

"Mesin penunjang kan banyak ada mesin air condition (penyejuk ruangan), mesin motor penggeraknya. Semua ini diperlukan permesinan dan identifikasi juga" jelasnya.

Selain itu, kata dia, industri yang memproduksi alat-alat penunjang lain seperti elektornik persinyalan, tempat penyedian solar sell ditempat-tempat terjangkau perlu dipikirkan juga.

Saat ini sebenarnya Indonesia sudah memiliki PT Industri Kereta Api (INKA) yang punya tugas khusus memproduksi kereta dan perlengkapannya. "Tapi, karena industri penunjang belum ada kinerja PT INKA kurang maksimal," kata dia.

Lewat seminar ini, diharapakan dapat dihasilkan satu kesimpulan yang dapat dijadikan acuan untuk membangkitkan industri-industri yang sudah ada dan mensinergikannya dalam satu kegiatan industri saling berkaitan.

"Dengan terintegrasinya indusri penunjang dan industri pabrikasi maka potensial industri kereta api bisa dikerjakan secara nasional," tutur dia.

Hadir dalam seminar ini sebagai pembicara diantaranya Direktur Sarana Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Yugihartiman dan Manager Pengembangan Bisnis PT INKA, Agung Sedayu.

(dna/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads