Ini Alasan RI Masih Impor Tembakau

Ini Alasan RI Masih Impor Tembakau

Lani Pujiastuti - detikFinance
Selasa, 01 Des 2015 11:07 WIB
Ini Alasan RI Masih Impor Tembakau
Jakarta - Tembakau masih menjadi komoditas perkebunan strategis penyumbang devisa dan penyerap tenaga kerja dengan jutaan petani. Tembakau RI menguasai 34% pangsa pasar dunia dan bahkan pernah menjadi eksportir.

Mengapa saat ini RI jadi pengimpor tembakau? Menurut Direktur Perbenihan Perkebunan dan Plt. Direktur Tanaman semusim dan Rempah, Nurnowo Paridjo menjelaskan, impor tembakau masih terjadi karena karena terjadi alih fungsi lahan karena harga tembakau dalam negeri kurang menarik.

"Petani itu kalau harga menarik nggak usah disuruh sudah nanam. Petani nggak usah diajari nanam tembakau juga bisa tanam karena sudah dari jaman kolonial. Kenapa kita sekarang impor? padahal dulu kita ekspor. Terjadi alih fungsi lahan karena harga tidak menarik. Upaya kita mestinya menekan impor," kata Nurnowo Paridjo dalam Diskusi 'Masa Depan Komoditas Tembakau Dalam Badai Regulasi' di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (1/12/2015)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Varietas tembakau yang masih menjadi primadona yaitu tembakau Virginia. Saat ini perkembangannya pesat karena banyak kerja sama dengan pabrik rokok untuk budidaya tembakau Virginia seperti di Nusa Tenggara Barat.

Komoditas 'emas hijau' di era kolonial tersebut tengah berada di dalam pusaran regulasi. Mencari solusi di tengah tekanan tembakau menjadi bahan baku rokok dengan resiko kesehatannya, Kementerian Pertanian mengambil peran pengembangan varietas tembakau rendah nikotin.

"Kami tangani on farm bekerja sama dengan pusat penelitian menghasilkan varietas yang nikotinnya rendah. Kekhawatiran kita adalah muncul nikotin sintetis. Itu akan menghancurkan tembakau," kata Nurnowo.

Di sisi lain, tembakau sebetulnya punya peluang-peluang terbuka untuk diversifikasi produk.

"Misalnya untuk pestisida nabati itu sangat bagus. Sedang kita kembangkan terus dan sudah diujicobakan. Produk-produk kesehatan untuk produk farmasi juga bisa," ujar Nurnowo.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads