Kemenperin: Industri Agro Surplus US$ 18,3 Miliar Hingga Triwulan III 2015

Kemenperin: Industri Agro Surplus US$ 18,3 Miliar Hingga Triwulan III 2015

Lani Pujiastuti - detikFinance
Jumat, 18 Des 2015 16:58 WIB
Kemenperin: Industri Agro Surplus US$ 18,3 Miliar Hingga Triwulan III 2015
Jakarta -

Sektor industri agro mencatatkan neraca perdagangan positif dengan ekspor yang jauh melampaui impor. Industri agro menyumbangkan surplus perdagangan mencapai US$ 18,3 miliar sepanjang Januari-September 2015.

Neraca perdagangan industri agro sepanjang Januari -September 2015 mencatatkan kinerja positif dengan ekspor senilai US$ 26,2 miliar sementara impornya hanya US$ 7,88 miliar. Ekspor industri agro diantaranya berasal dari sektor pengolahan kelapa sawit, pulp dan kertas, makanan dan minuman, pengolahan kayu, rokok, makanan ternak, kayu, rotan hingga minyak atsiri.

Sayangnya kondisi tersebut dihadapkan pada tantangan jatuhnya harga komoditi seperti sawit dan karet di pasar dunia. Kemenperin berupaya meningkatkan ekspor produk hilir sawit dan menjaga harga komoditas karet melalui penganekaragaman pemanfaatan produk karet di dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karet, kita prihatin dengan jatuhnya harga yang masih berlanjut. Kemenperin harus ikut memikirkan jalan keluarnya. Kita baru saja mengumpulkan stakeholder untuk cari jalan keluar. Salah satunya dengan diversifikasi produk karet di dalam negeri. Kami minta peneliti agar mengkaji rubber untuk campuran aspal," ungkap Panggah Susanto, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian dalam Jumpa Pers Akhir Tahun di Ruang Garuda Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (18/12/2015).

Solusi berikutnya untuk karet, lanjut Panggah, yaitu diversifikasi menjadi produk lateks. Karet bisa punya nilai tambah jika diubah menjadi produk lateks meski butuh ketelitian dan kesabaran untuk mengolahnya.

Sedangkan untuk sawit, Panggah mengatakan akan memperkuat kerjasama dengan Malaysia. Upaya terbaru yaitu dengan menyusun penyetaraan standar produksi minyak sawit berkelanjutan antara Indonesia dengan Malaysia.

"Di dalam kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia terkait sawit, kami sedang harmonisasikan standar ISPO (International Sustainable Palm Oil). Supaya ngomong ke luar, produksi sawit baik di Indonesia maupun Malaysia itu sama," ujar Panggah.

Selain bekerja sama dengan Malaysia, Kemenperin tengah menyiapkan zona industri minyak sawit. Sebanyak 3 dari 14 kawasan industri baru di luar Jawa yang ditawarkan Kemenperin yaitu untuk pengembangan industri minyak sawit.

"Kami siapkan juga palm oil industrial zone sebagai bagian dari Green Economic Zone. Kemenperin sudah pilih 3 lokasi kawasan industri untuk hilirisasi sawit di Sei Mangke, Dumai, dan Kaltim. Ketiganya secara syarat lingkungan sudah cukup siap memenuhi ketentuan green industrial zone," jelas Panggah.

Panggah mengatakan capaian industri agro yang menyumbang surplus neraca perdagangan menjadi landasan tahun depan industri agro akan diperkuat.

"Upaya mendorong hilirisasi produk agro akan kami lanjutkan. Akan kami perkuat dengan meningkatkan diversifikasi pemanfaatan produk industri agro di dalam negeri. Misalnya B-15 biodiesel minyak sawit sebagai komplementer bahan bakar dalam negeri," pungkas Panggah.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads