Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sumitro Samadikun, mengatakan seharusnya harga gula yang saat ini berada di atas Rp 15.000/kg bukan jadi alasan pemerintah buru-buru melakukan impor.
"Gula sekarang di atas Rp 15.000/kg tak kemudian lantas jadi ribut-ribut untuk impor. Harga gula saat ini bisa merangsang petani menanam tebu," ungkap Sumitro, kepada detikFinance, Senin (23/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsumsi gula orang Indonesia rata-rata 1 kg per bulan. Itu sangat kecil, artinya kalau harga sebelumnya Rp 13.000/kg naik jadi Rp 16.000/kg, pengeluaran satu orang untuk gula selama sebulan hanya naik Rp 3.000/kg. Ini berbeda dengan daging, beras, atau komoditas lain yang memang harus dibantu," ungkap Sumitro.
Sebaliknya, lanjut dia, impor gula mentah akan langsung direspons pasar dengan penurunan harga. Imbasnya, petani mengalami kerugian dan membuat petani malas menanam tebu kembali.
"Ini yang tidak diperhatikan pemerintah. Dampak psikologi pasar sangat besar saat ada berita impor, harga langsung jatuh, padahal pengeluaran bulanan orang untuk gula tak besar, hanya taruhlah Rp 3.000/kg, nilainya sama buat parkir motor saja itu," jelas Sumitro.
"Apa salahnya bantu petani harga naik sedikit. Sementara kalau harga rendah, petani malas tanam tebu lagi karena harganya tidak menguntungkan. Swasembada akhirnya tidak pernah tercapai karena luas tanaman tebu tak pernah bertambah, malah berkurang terus," tambahnya. (drk/drk)











































