Mengintip Industri 'Cool Egg' di Banyuwangi

Mengintip Industri 'Cool Egg' di Banyuwangi

Aditya Mardiastuti - detikFinance
Jumat, 17 Jun 2016 16:15 WIB
Foto: Aditya Mardiastuti
Banyuwangi - Salah satu bahan baku dalam pembuatan roti dan kue adalah telur ayam. Nah, di Banyuwangi ada industri yang memproduksi 'cool egg' atau telur dingin. Seperti apa?

Proses pengolahan 'cool egg' ini dimulai sejak proses sortir telur dari peternakan. Pihak industri menerapkan standar baku telur segar dan mengutamakan kesehatan dari ayam-ayam yang memproduksi telur tersebut.

"Jadi telur ayam ras kami sortir harus panen kemarin, untuk menentukan expirednya. Peternaknya pun harus punya dokter hewan yang punya data penyakit bebas salmonella dan flu burung," ujar karyawan PT Synergi Jaya Makmur, Ismail Fauzie saat ditemui di Desa Sukojati, Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (17/6/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di pabrik tersebut juga ada alat untuk pasteurisasi. Tujuannya ialah mematikan bakteri yang tinggal di cangkang telur.

"Itu pasti ada bakteri di kulit telur makanya kami bunuh dengan pasteurisasi ini. Sekali proses maksimal 5 kg. Ini alatnya kami desain sendiri," tambah Fauzie.



Nah, untuk prosesnya setelah melewati tahap pasteurisasi telur-telur ini akan dipecah manual. Setelah itu, telur dimasukkan ke pengaduk sampai berbusa sedikit. Dalam melakukan proses di atas Fauzie menjelaskan setiap karyawan yang bekerja harus steril dan memakai baju khusus, masker dan sepatu khusus.

"Pecah telurnya masih manual setiap 5 kg baru kita masukkan ke pengaduk. Sampai merata dan kelihatan busa sedikit. Artinya bisa jadi bahan roti baru ditimbang," jelasnya.

Setelah proses itu selesai kemudian telur itu akan ditimbang setiap satu kilo. Kemudian dikemas dan dipindahkan ke cold storage dengan box stereofoam. Cold storage miliknya pun berukuran besar sekitar 6X8 meter.

"Setiap prosesnya kami jaga higienenya. Hingga nanti ke tangan konsumen pun produk kami diantar dengan mobil khusus yang berpendingin -18 derajat supaya bebas bakteri," katanya.

Fauzie menjelaskan bahwa kantornya adalah salah satu distributor tunggal produk olahan nugget di wilayah Jember. Adanya permintaan dari salah satu swalayan yang memproduksi roti membuat bosnya mulai melirik bisnis ini.

"Kami berani mencoba bisnis ini karena sudah ada pasarnya. Untuk bisnisnya sendiri baru jalan dua bulan tapi kalau proses perizinannya sudah berbulan-bulan, karena kami harus memiliki NKV sebelum produksi," bebernya.

NKV (Nomor Control Vertiner) sendiri merupakan sertifikasi higiene sanitasi dari perusahaan yang menjamin konsumen mendapatkan produk bebas penyakit dan terjamin kualitasnya. Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.

Fauzie menyebut baru ada dua industri 'cool egg' di wilayah Jawa Timur yaitu Kediri dan Banyuwangi. Untuk di Kediri sendiri 'cool egg' yang diproduksi dipisahkan antara kuning dan putihnya.

"Kita tahunya adanya di Kediri, yang dipisah kuning dan putihnya. Kalau yang digabung baru Banyuwangi aja dan kita ambil pasar kue dan roti kelas premium," tambahnya.

Meski baru menjajal bisnis ini, dia sudah melayani pesanan 2 kuintal 'cool egg' per hari. Harga yang ditawarkan untuk produknya pun masih fluktuatif mengikuti harga telur ayam negeri.

"Dijualnya masih fluktuatif sekarang di kisaran Rp 30.000/kg, misalnya harga telur sekilo Rp 16.000, dijual (cool egg) Rp 28.000. Soalnya kan ada biaya untuk tenaga kerja dan ongkos produksi," paparnya.

Fauzie juga mengklaim produknya tahan selama enam bulan. Dia pun menyarankan konsumennya untuk menggunakan produknya satu kali pakai.

"Kalau ada sisa nggak boleh, harus dipakai habis. Supaya tetap bebas dari bakteri atau penyakit, karena telur itu mudah jadi media tumbuh bakteri," jelasnya. (ams/feb)

Hide Ads