Menurutnya, keberadaan industri mebel di luar Jawa, terutama di daerah perbatasan sangat penting agar pasar bisa dekat dengan bahan baku.
"Tugas kepada pengurus yang diminta Presiden itu membangun perindustrian bukan hanya manufaktur, kita ini yang menjadi tantangan untuk membangun ekonomi yang adil pemerataan. Bukan hanya industri besar dan kecil, tetapi kita harus berada di lokasi di mana bahan baku berada juga di bangun industri," ujar Airlangga di kantornya, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (28/7/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya challange semoga pengembangan industrinya nggak hanya di Jawa tapi di luar Jawa. Tim yang kuat untuk menginkubasi atau getuk tular di wilayah perbatasan yang kaya akan rotan dan kayu. Kalau ini bisa dikembangkan industri permebelan bisa di sub kontraktor, kebetulan pasarnya ke negara tetangga itu," ujar Airlangga memberikan tantangan kepada pengusaha mebel.
"Kita sudah masuk dalam MEA sehingga kita harus bangga. Bagaimana bangga ekonominya harus maju, harus ada industri kerajinan yang berbasis bahan baku yang tersedia. Kebanyakan bahan baku yang tersedia berbasis di hutan. Jadi saya minta bangun di daerah perbatasan dan supply daerah tetangga kita perkuat industri. Jadi kesenjangan ekonomi manufaktur harus kita suntikan dan memang industri ini padat karya dan value added-nya tinggi," imbuhnya.
Menurutnya, HIMKI bisa menjadi asosiasi andalan industri. Kontribusi industri mebel ini baru US$ 2 miliar per tahun sehingga potensi untuk tumbuh dapat terlihat apalagi jika basis produksi tersebar di dekat daerah perbatasan.
"Sekarang masih terpusat di Jawa kita mendotong bahwa industri ini bisa di dorong di Sulawesi, Kalimantan atau mendekati pasar. Salah satunya Gubernur Riau, dia berharap industri sudah hidup jadi pasarnya apakah bisa di Malaysia atau Singapura," kata Airlangga. (feb/feb)











































