Dari catatan Kementerian Perindustrian, dari kebutuhan baja nasional tahun 2015 sebesar 12,9 juta ton, sekitar 40% masih harus diimpor, sebagian besar dari China.
"Kita negara besar, masa harus bergantung pada baja impor. Kalau negara kecil tak apalah, fokus saja di sektor yang dia ahli, yang lain tinggal impor saja. Kalau kita kan negara besar, basic industry seperti baja harus maju," ucap Lembong saat groundreaking Pabrik Lembaran Baja di Kawasan Industri Krakatau Steel, Cilegon, Banten, Senin (22/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peranan perusahaan baja itu sangat signifikan pada perkembangan ekonomi negara. Saya beberapa kali ke head office Posco (perusahaan baja Korea Selatan), ada foto-foto besar pabrik baja pertama di Pohang," jelas Lembong.
![]() |
"Itu sempat ditentang World Bank. Ngapain sih Korea bangun industri baja, padahal tinggal impor saja dari Amerika. Tapi Korea lanjut terus. Poinnya, industri baja ini basic industry, mother of industry," tambah mantan Menteri Perdagangan ini.
Hal ini, lanjut Lembong, menjadi alasan bagi Indonesia untuk mengembangkan lebih agresif industri baja nasional.
"Memang pasti nggak mudah, kondisi industri baja lagi hancur-hancuran. Tantangannya yah tadi, kalau negara kecil saya usul ke Pak Presiden nggak perlu (industri baja). Kalau negara nggak bisa itu, hitungan matematikanya nggak nyambung," ujarnya. (feb/feb)