Dia mencontohkan, untuk komoditas minyak sawit atau crude palm oil (CPO), Indonesia masih menyandang status sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar dunia, namun harga minyak goreng saja terbilang mahal.
"Minyak goreng Malaysia saja Rp 6.000/liter, kita Rp 9.000/liter. Kita produsen dunia tapi harga lebih tinggi, berarti ada anomali pasar," kata Amran. saat rapat koordinasi pangan di kantornya, Jakarta, Senin (29/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu lebih lucu, Kalimantan Selatan, dia surplus, tapi ambil beras dari Sulawesi Selatan. Kami tanya, mereka jawab, dari dulu seperti itu. Kemudian bawang (merah) ada disparitas 300%. Tapi petani tidak menikmati," ujar Amran.
Dia menuturkan, perkara harga namun produksi diklaim surplus ini yang selalu mengganggu pikirannya selama menjabat sebagai Mentan.
"Kalau harga naik, tekanan darah saya ikut naik. Kalau harga turun tekanan darah saya turun," tandas Amran. (wdl/wdl)











































